Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Masak Nasi Dini Hari ?

[Artikel 120#, kategori aktivitas] Sudah hampir 2 bulan saya menjalani aktivitas baru tiap bangun dini hari yang biasanya sekitar pukul 2 pagi. Padahal dulu saya hanya fokus untuk dotsemarang. Eh, sekarang segalanya telah berubah seiring waktu. Ngapain masak nasi jam segitu?

Di umur sekarang, saya tidak ingin ribet dan malas berdebat. Saya hanya ingin hidup damai dalam keheningan. Menikmati rutinitas dan bersantai tanpa peduli sikap seseorang.

Masak nasi

Gara-garanya karena rasa tidak enak dengan keadaan yang semakin ke sini semakin tidak nyaman. Saya tidak tinggal sendiri sekarang. Ada pemilik rumah juga yang tinggal.

Keadaan tersebut memaksa saya harus sedikit berkorban antara perasaan dan ingin damai. Apalagi status saya bukan pemilik rumah dan kastanya tidak lebih tinggi dari keluarga yang tinggal.

Ketidaknyamanan membuat saya berganti haluan dan sekarang itulah yang saya lakukan tiap hari seusai bangun dini hari. Masak nasi, buat kopi, air panas dan kemudian mandi. Yang penting lainnya, mengisi air di tandon penampungan. Semenjak pelampung otomatisnya mati, terpaksa dilakukan dengan cara manual.

Saya mengandalkan beras 1 Kg yang saya beli sendiri dan diusahakan dapat digunakan untuk 1 minggu. Semua benar-benar berubah semenjak pemilik rumah sudah tidak lagi memberi fasilitas seperti dulu lagi.

Maklum buat kami yang seharusnya sudah mandiri secara finansial memang kudu berjuang sendiri sekarang. Untunglah saya terbantu dengan sifat konsisten bangun pagi tiap hari sehingga baik-baik saja melakukan hal baru seperti memasak nasi.

Nasi yang telah mateng lalu saya simpan di toples merah. Itu akan jadi hari yang panjang karena nasi tersebut untuk sarapan pagi dan makan siang. Meski terkadang tidak cukup juga dan beberapa kali mengeluh kelaparan.

Saya mentertawakan diri sendiri hari ini, entah di masa depan. Apakah ini lucu atau menyedihkan. Saya sanggup dan saya kuat. 

Seni bertahan hidup yang cukup aneh untuk dibanggakan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh