Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Masak Nasi Dini Hari ?

[Artikel 120#, kategori aktivitas] Sudah hampir 2 bulan saya menjalani aktivitas baru tiap bangun dini hari yang biasanya sekitar pukul 2 pagi. Padahal dulu saya hanya fokus untuk dotsemarang. Eh, sekarang segalanya telah berubah seiring waktu. Ngapain masak nasi jam segitu?

Di umur sekarang, saya tidak ingin ribet dan malas berdebat. Saya hanya ingin hidup damai dalam keheningan. Menikmati rutinitas dan bersantai tanpa peduli sikap seseorang.

Masak nasi

Gara-garanya karena rasa tidak enak dengan keadaan yang semakin ke sini semakin tidak nyaman. Saya tidak tinggal sendiri sekarang. Ada pemilik rumah juga yang tinggal.

Keadaan tersebut memaksa saya harus sedikit berkorban antara perasaan dan ingin damai. Apalagi status saya bukan pemilik rumah dan kastanya tidak lebih tinggi dari keluarga yang tinggal.

Ketidaknyamanan membuat saya berganti haluan dan sekarang itulah yang saya lakukan tiap hari seusai bangun dini hari. Masak nasi, buat kopi, air panas dan kemudian mandi. Yang penting lainnya, mengisi air di tandon penampungan. Semenjak pelampung otomatisnya mati, terpaksa dilakukan dengan cara manual.

Saya mengandalkan beras 1 Kg yang saya beli sendiri dan diusahakan dapat digunakan untuk 1 minggu. Semua benar-benar berubah semenjak pemilik rumah sudah tidak lagi memberi fasilitas seperti dulu lagi.

Maklum buat kami yang seharusnya sudah mandiri secara finansial memang kudu berjuang sendiri sekarang. Untunglah saya terbantu dengan sifat konsisten bangun pagi tiap hari sehingga baik-baik saja melakukan hal baru seperti memasak nasi.

Nasi yang telah mateng lalu saya simpan di toples merah. Itu akan jadi hari yang panjang karena nasi tersebut untuk sarapan pagi dan makan siang. Meski terkadang tidak cukup juga dan beberapa kali mengeluh kelaparan.

Saya mentertawakan diri sendiri hari ini, entah di masa depan. Apakah ini lucu atau menyedihkan. Saya sanggup dan saya kuat. 

Seni bertahan hidup yang cukup aneh untuk dibanggakan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya