Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Bulan Kedua ?

[Artikel 5#, kategori Keuangan] Setelah ditampar kenyataan bahwa jalan ke depan tidak mulus lagi, akhirnya saya pasrah dengan keadaan. Masuk ke bulan kedua runtuhnya perekonomian yang selama ini saya andalkan. Kini, harapannya cuma satu. Apakah harus saya jual juga laptop yang saya miliki?

Akhirnya bulan Agustus terlewati di mana saya memprediksi masa depan saya tidak baik-baik saja. Meski begitu, saya masih berharap ada keajaiban dan itu hanyalah mimpi di siang bolong saja.

Maksudnya bulan September ini semua kembali normal. Tagihan bulanan rumah yang jadi salah satu pemasukan terbesar saya bisa dikirimkan kembali ke rekening.

Ah, tidak! Ternyata memang tidak bisa. 

Diambil alih

Sebuah pesan panjang akhirnya tiba yang memastikan bahwa keuangan rumah diambil alih oleh anak si pemilik rumah. Ia akan bertanggung jawab ke depannya.

Kabar cukup baik seharusnya. Namun tidak dengan saya yang akan paling terdampak. Dulu saat normal, saat dikirimin pembayaran tagihan bulanan rumah, saya masih bisa berharap akan ada uang lebih yang bisa dipakai. Tidak banyak memang, tapi cukup untuk beli beras 5 kg.

Dengan pengambil alihan seperti yang terjadi di bulan kedua (September), itu artinya tidak ada pemasukan yang akan saya kantongi. Jangankan Rp1.000, buat menghiasai isi dompet saja rasanya sulit.

Saya tidak berharap banyak dari pekerjaan sebagai bloger yang Senin Kamis. Kadang ada, kadang tidak. Jika dapat pun, harus nunggu pembayaran hingga lebih satu bulan. Sedangkan keuangan yang stabil atau rutin adalah kiriman (tagihan bulanan). 

...

Periode itu akhirnya tiba. Sesuatu yang saya selalu khawatirkan sejak dulu. Apakah ini jawaban dari doa-doa saya yang selalu meminta diperlancar rejeki? Tidak, tidak. Ini malah sebaliknya.

Rencana saya keluar dari rumah ini di usia 40 tahun, seakan makin dipercepat. Tapi saya ragu karena saya belum punya tabungan. Jangankan tabungan, saya sudah dipaksa tiap bulan harus bayar cicilan dulu.

Mungkin sudah jalannya untuk kembali harus menjual perangkat kesayangan. Saya harap jika ada kesempatan mengulang kehidupan kedua, saya ingin berusaha lebih baik lagi sejak dini.

Mari saling mengkhawatirkan masing-masing.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh