Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Benci Makan Roti Hari Ini

[Artikel 79#, kategori motivasi] Entah apa yang dipikirkan ketika memaksakan hasrat untuk membeli roti ini yang harganya sama dengan 1 Kg beras. Padahal jika dalam kondisi normal, saya pasti akan memilih membeli beras saja. Menyesal selalu datang belakangan dan saya berjanji tidak akan mengulanginya kembali

Di saat keuangan lagi seret, ada saja kelakuan saya yang absurd. Satu sisi ingin hidup hemat dan terlihat apa adanya, namun sisi lain ingin menikmati yang namanya rasa lezat dari kenikmatan sesaat. Arghh... 

Bukan apa-apa. Itu karena roti yang dibeli menggunakan pay later. Jika dipakai lagi, nominalnya akan terus bertambah. Sedangkan pemasukan saja masih harap-harap cemas.

Saya tertampar dengan kenyataan bahwa saya adalah orang yang munafik. Ingat tagihan bulanan Seabank Pinjam yang harus masih dibayar tiap bulan kata pikiran dalam kepala saya. Bersabarlah dan tahan untuk membeli. 

Rasa lapar

Seharusnya saya membeli makanan lain saja jika hanya ingin mengisi perut yang keroncongan usai bersepeda ke Kota Lama hari ini, Kamis (5/9). Kenyataanya saya terdorong nafsu sendiri seakan di atas kepala saya ada yang membisikkan bahwa saya harus melakukannya.

Keterlaluan memang, tapi mau gimana lagi. Kesalahan terbesar hari ini adalah tidak memasak nasi karena isi rice coocker sudah ada nasinya. Jadinya saya hanya mengambil separuh dan itu hanya buat sekali makan.

Anda saya bisa mengulang waktu, nasi di rice coocker tersebut mending saya keluarkan dulu dan menanak nasi baru lagi. Saya membuat menderita diri sendiri saja. Saya benar-benar khilaf. Dan memutuskan sejak hari ini untuk berhenti makan roti. 

Oh ya, alasan saya membeli memang karena lapar usai bersepeda dari pagi. Rutenya rumah ke Kota lama dan balik. Kemudian langsung bersih-bersih halaman (nyapu dan siram rumput). Kondisinya seperti itu, makanya ketika lihat jam sudah menunjukkan jam 9, itu benar-benar lapar. 

...

Saya sengaja tidak menutupi merek roti yang saya beli ini. Tapi, bukan karena saya tidak menyukai rotinya. Namun sikap saya yang membuang-buang uang. Padahal isi dompet lagi kosong dan mau tak mau malah pakai pay later. Saya mengkhianati diri sendiri rasanya yang berkomitmen untuk menghemat.

Bulan September baru saja dimulai, ada-ada saja yang saya perbuat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh