Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Futsal Mulai Sepi Gara-gara Mini Soccer?

[Artikel 151#, kategori futsal] Kamis terakhir di bulan September (26/9), harus ditutup dengan keringat yang berlebih. Menegok bangku tribun yang hanya menyisakan 1-2 orang terasa sedih. Entah kenapa akhir-akhir ini rekan-rekan mulai malas datang. Jika hanya alasan kepentingan keluarga masih wajar tidak datang, tapi kali ini sepertinya bukan.

Setelah lebih dari 4 tahun berkarir sebagai pemain futsal, eh bermain maksudnya, kehadiran mini soccer memang sangat berpengaruh sekali. Apalagi makin ke sini, tarif iurannya hampir sama antara futsal dan mini soccer. 

Padahal kita tahu main mini soccer biaya sewanya sangat mahal ketimbang futsal. Dan mau nggak mau iuran perorangnya juga lebih besar jatuhnya ketimbang harus bermain futsal. Alasannya karena di Kota Semarang lapangan mini soccer terus bertumbuh (banyak).

Memang faktor lainnya juga mempengaruhi, tapi dalam 4 tahun belakangan kehadiran mini soccer benar-benar mengubah gaya hidup orang-orang di sekitar. Entah bagaimana dengan kota lainnya semenjak kehadiran mini soccer.

Bagi saya sendiri, mini soccer memang adalah pengalaman baru yang menarik. Namun karena biaya iurannya yang mahal, jadi salah satu alasan saya untuk tetap bermain futsal saja.

Toh, bermain lapangan lebih besar sudah saya lakukan sejak duduk di bangku Sekolah. Mini soccer hanya tentang tren dan pengalaman bermain dengan waktu yang sangat fleksibel saja.

Saya berharap futsal dan mini soccer tetap beriringan. Namun jika tidak bisa, semoga saja futsal tidak menghilang. Saya jadi tidak enak sendiri dengan sedikitnya yang hadir di lapangan.

Maklum, saya pemain bayaran. Bukan digaji, tapi dibayarin iuran bulanannya. Apakah saya harus mencari alternatif lain berolahraga? Atau malah senang futsal tiada karena jam tidur saya akan maksimal?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh