Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo Maret 2023

[Artikel 114#, kategori catatan] Dalam 2 tahun terakhir, saya mengkhawatirkan laptop yang dipinjamin ASUS untuk membantu saya bekerja. Tahun ini, saya bernafas lega karena laptop ASUS yang saya pakai hari ini adalah milik sendiri.

Halo, Maret tahun 2023. Apa kabar masa depan saya? Ah sudahlah, memikirkannya nggak bakal membuat saya lebih baik. Apalagi mengawali bulan ini, saya malah nggak enak badan. Mendadak pilek yang membuat tubuh sulit diajak gerak.

Sebelum bercerita lebih banyak, saya mau menyapa diri saya di tahun 2022. Saya tidak baik-baik saja, maafkan diri saya yang tidak bisa menjaga tubuh ini. Hanya itu yang saya jawab untuk diri saya tahun lalu.

Tantangan

Banyak hal terjadi selama bulan Februari. Salah satunya adalah perjalanan ke luar kota. Bukan sekali, tapi dua kali. Bahkan, saya tidak membayangkan akan berada pada situasi saat itu. Mulai dari pergi ke Blitar dan kemudian dilanjut minggu depannya, pergi ke Jogja.

Namun dibalik itu, saya punya banyak alternatif untuk saya bawa ke dotsemarang. Ya, meski harus sedikit menderita karena keluar dari kamar tercinta. Mau tidak mau, harus beradaptasi dengan lingkungan saat harus bekerja dini hari.

Selain tentang perjalanan, Kota Semarang juga sedang tidak ramah dengan cuaca. Bulan Februari rasanya hujan hampir mengguyur setiap hari. Niat berolahraga, selalu kandas. Beruntung, futsal masih jalan terus.

Kehilangan

Saya tidak menyangka bulan Februari harus kehilangan salah satu punggawa dotsemarang. Seseorang yang saya anggap sebagai penasehat karena setiap langkah yang ingin dilakukan, masukannya sangat berharga.

Saya jadi ingat almarhumah yang selalu punya keterbatasan dalam berkegiatan. Mau tidak mau, karena perannya sangat saya inginkan untuk dotsemarang, saya harus ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tuanya. Maklum, anak perempuan dan satu-satunya.

Sekarang, semoga almarhumah tenang di sisiNya. Diampuni segala dosa-dosanya. Keluarga diberi ketabahan dan kesabaran. Maafkan saya belum mampir karena sedang berada di luar kota.

...

Banyak hal yang masih ingin saya ceritakan. Namun tubuh masih kurang fit sekarang. Beberapa hari ke depan, saya harus bersiap untuk menyambut tahun baru untuk dotsemarang. Tahun ke-13, semoga bukan angka sial.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya