Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Hutang: Menolong yang Merugikan

[Artikel 11#, kategori belajar] Tahun 2023, masih saja saya seperti orang polos. Demi kata menolong dan perasaan tidak tega, akhirnya saya juga yang menderita. Kapan saya belajarnya untuk lebih tegas pada diri sendiri?

Satu lagi pembelajaran yang saya dapatkan, meski kena lagi, tahun ini. Jangan pernah mempercayai seseorang karena cinta atau hubungan darah yang mengatasnamakan hutang.

Orang-orang yang meminjam uang biasanya terdengar merengek dan mengeluarkan berbagai jurus agar yang dihutangi perasaannya luluh. Namun saat ditagih?

Semuanya jadi memble. Mendadak saja beragam alasan dimunculkan dari yang paling menyedihkan hingga membawa-bawa hubungan baik. Entah masa lalu atau hubungan darah.

Ini terakhir kalinya saya jadi orang baik sambil menunggu uang saya kembali. Tidak peduli keluarga sendiri atau orang yang pernah saya cintai, saya butuh uang saya kembali.

Tahun 2020, saya pernah menulis untuk menjauhi hutang. Kenapa malah harus jadi penagih hutang? Mereka ingin dimengerti dan dikasihani. Tapi tak pernah punya hati nurani bagaimana saya menjalani hari demi hari.

Apalah yang bisa diharapkan dari pekerjaan menjadi bloger ini? Setiap rupiah yang dikumpulkan, kenapa harus digunakan orang lain. Ah sial! Kenapa saya bukan dari keluarga yang kaya raya atau setidaknya pekerjaan saya luar biasa. Kesalahan saya sendiri rasanya.

Saat menulis ini, pikiran saya berkata 'betapa bodoh dan polosnya saya'! 

...

Beberapa waktu kemarin, seseorang meminta tolong kepada saya. Mengatakan betapa pilunya hidupnya dan tujuannya meminjam uang tentunya. Harus ada hari itu juga dan akan segera dikembalikan. Keadaannya, membuat saya luluh. Namun seminggu kemudian, saat ditagih??

Menolong yang merugikan!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat