Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya Punya Jersey Real Madrid


 [Artikel 82#, kategori Real Madrid] Sejak David Beckham ninggalin Manchester United buat gabung ke Real Madrid, hati ini udah kepincut sama klub ibu kota Spanyol itu. Apalagi pas Cristiano Ronaldo datang dan ngegol abis di lapangan, makin mantap deh jadi fans Los Blancos. 

Tapi, jujur aja, selama ini saya cuma fans "abal-abal". Bukan apa-apa, saya nggak punya jersey Real Madrid satupun! Bayangin, ngaku-ngaku Madridista, tapi atribut di badan? Nol besar.

Linimasa X selama lima tahun terakhir rame banget, apalagi pas Madrid ngegondol hat-trick Liga Champions. Kisah epik mereka di lapangan kayak dongeng yang bikin fans, termasuk saya, kegirangan. 

Tapi, tiap buka X, lihat Madridista lain pamer jersey, foto di Bernabéu, atau sekadar flex atribut klub, saya cuma bisa nyengir kecut. Soalnya, kalau ngaca, saya kayak suporter yang “katanya” paling sejati, tapi nggak ada bukti fisiknya. Malu-maluin, kan?

Hadiah Tak Terduga dari Rekan Futsal

Hari itu, habis main futsal, tiba-tiba rekan futsal nyamperin. “Nih, buat lo,” katanya sambil nyodorin sesuatu. Pas dibuka, jantungan! Jersey Real Madrid! Bukan cuma jersey biasa, tapi benda yang bikin aku resmi keluar dari status “suporter abal-abal”. 

Momen itu kayak gol menit terakhir dari Benzema—tak terlupakan! Bertahun-tahun dicap fans KW karena nggak punya jersey emang bikin nyesek. Tiap Madrid main, linimasa X heboh, saya cuma bisa like atau retweet doang. Mau komen, kok kayak nggak pede. 

Sekarang? Dengan jersey ini, saya siap tempur di linimasa. Meski bukan jersey model terbaru, ini tetep bikin hati merekah. Harga jersey bola kan nggak murah. Kalau yang KW sih, mungkin bisa, tapi dompetku bilang, “Mending beli beras buat makan, bro.”

Madridista Sejati, Akhirnya!

Kini, dengan jersey Real Madrid di tangan, saya bisa bilang dengan dada tegak: Saya Madridista sejati! Nggak takut lagi buat nimbrung di linimasa pas Madrid ngelawan tim besar atau waktu juara. Jersey ini kayak lencana kehormatan—bikin merasa bagian dari keluarga besar Los Blancos. 

Hidup emang kadang lucu. Ngaku-ngaku fans sejati, tapi nunggu keajaiban dateng. Mungkin karena udah nggak muda lagi, pertimbangan macem-macem bikin fanatisme agak reda. Tapi, begitu jersey ini nempel di badan, rasanya kayak nyala api di Santiago Bernabéu. Hala Madrid!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya