Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Basah-Basahan di Gawang: Petualangan Mini Soccer di The Arena Semarang

[Artikel 8#, kategori mini soccer] Hujan baru saja reda, lapangan masih basah, dan untuk pertama kalinya, ngerasain sensasi jadi kiper di tengah genangan air. Main mini soccer memang beda dengan futsal yang biasa di ruangan tertutup. Lapangan terbuka, udara segar, tapi ya gitu, kalau hujan, siap-siap basah-basahan! 

Saya cuma bisa berharap hujan nggak balik lagi sore itu, 16 Juni 2025, saat akhirnya menerima ajakan main di The Arena Semarang.

Sebenarnya, ajakan dari rekan futsal ini sudah datang berkali-kali. Tapi, jarak lapangan yang lumayan jauh dari rumah dan kondisi keuangan yang lagi pas-pasan bikin ragu. Awal bulan kan waktunya bayar tagihan, termasuk cicilan pinjaman online yang nggak bisa ditawar. 

Meski pengen banget gabung, dompet sering kali bilang "sabar dulu". Tapi entah kenapa, kali ini rekan, sebut saja dia Mas Bro, nggak menyerah. Beberapa jam sebelum main, dia masih chat, ngotot ngajak. 

Karena sudah lama tinggal di Semarang, rasa nggak enak kalau nolak terus akhirnya bikin luluh. Saya bilang, "Oke deh, ikut!"

Tantangan berikutnya: gimana caranya ke lapangan? Dompet tipis, transportasi jadi PR. Tapi, Mas Bro nggak cuma ngajak, dia juga nawarin solusi buat transportasi. 

Saya cuma bisa bilang Alhamdulillah, campur aduk antara senang dan haru. Penawaran istimewa ini nggak mungkin ditolak lagi. Semoga Mas Bro selalu diberi kesehatan dan rezeki atas kebaikannya.

Nostalgia di Lapangan Basah

Meski genangan air di lapangan sudah disedot pakai pompa, area sekitar gawang masih licin dan becek. Tapi, bukannya bikin males, kondisi ini justru bikin aku nostalgia. 

Tiba-tiba saja saya mengingat masa kecil, main bola di lapangan kampung pas hujan-hujanan. Sensasi itu kayak hidup lagi, apalagi posisiku sebagai kiper. Loncat ke sana-sini, nahan tendangan, rasanya seru banget!

Tapi, lapangan basah ini juga bikin mikir. Penyerapan air di The Arena kayaknya kurang maksimal. Kalau dibiarkan, lama-lama lapangan bisa rusak. Buat pengelola, ini PR besar nih supaya pemain tetap nyaman, apalagi mini soccer lagi hits di Semarang.

Terlalu Semangat, Lutut Jadi Korban

Semangat jadi kiper di lapangan basah ternyata bikin kebablasan. Rekan-rekan agak lambat dalam bertahan, jadi harus kerja ekstra nutupin kekurangan itu. 

Beberapa kali nahan tendangan lawan dengan badan, dan ya, benturan pun nggak bisa dihindari. Yang paling apes? Insiden sama Mas Bro, orang yang ngajak aku main dan bantuin iuran.

Waktu itu, saya berhasil nutup pergerakan Mas Bro yang mau nyerang. Bola sih ketahan, tapi kakinya malah ngehantam lutut. Pull sepatunya ngena banget, sakitnya luar biasa! 

Saya nggak bilang itu sengaja, karena tahu dia cuma refleks. Tapi, jujur, itu benturan paling parah selama pertandingan. Saya masih coba lanjutin main, tapi lama-lama paha dan lutut mulai nggak enak. Rekan tim kayaknya juga notice saya yang udah pincang-pincang, jadi akhirnya diganti.

Duduk di pinggir lapangan, basah kuyup, sambil ngelus lutut, saya cuma bisa berdoa semoga cederanya nggak parah. Untungnya, setelah istirahat, rasanya mendingan, tapi ya, badan udah lemes banget.

The Arena, Kali Kedua

Ini bukan kali pertama main di The Arena Semarang, tapi yang kedua. Lapangannya oke, vibes-nya asyik, cuma ya itu, urusan drainase perlu diperbaiki. Terima kasih banget buat Mas Bro dan satu rekan lain yang nggak cuma ngajak, tapi juga bikin bisa ikut main tanpa mikirin banyak hal. Kalian top!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Pria Tidak Berdaya