Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Di Balik Layar Road to IMX 2025 Semarang: Panas, Keringat, dan Semangat Nge-Blog

[Artikel 35#, kategori Dibalik Layar] Awalnya, rencana ke Sam Poo Kong buat liputan Road to IMX 2025 Series Semarang itu penuh antusias. Niat hati mau gowes dari rumah, cuma 7 km kok, dulu sih biasa. Tapi entah kenapa, badan kayak bisik-bisik, "Bro, mending naik Trans Semarang aja, cuaca lagi cerah, santai dulu." Akhirnya, bus itulah yang jadi penutup drama bimbang pagi itu.

Kabar kalau IMX balik lagi ke Semarang dan diadain di Sam Poo Kong bikin lega. Tahun 2024, aku skip acara ini karena lokasinya susah dijangkau buat orang macam aku yang cuma punya sepeda sebagai kendaraan pribadi. Jadi, pas tahu event ini balik, semangat nge-blog langsung nyala!

Berburu Akses sebagai Blogger

Sebagai blogger di balik dotsemarang, aku manfaatin betul label "media" ini buat nyelonong ke event-event keren. Termasuk IMX kali ini, yang jadi pengalaman kedua aku terlibat. 

Langsung deh DM Instagram panitia, dan untungnya, mereka bales! Pengalaman buruk sama penyelenggara lain—kayak acara film yang DM-nya cuma dibaca doang—bikin aku bersyukur banget kali ini.

Tapi, ya Tuhan, komunikasinya nggak semulus harapan. Aku dilempar dari satu orang ke orang lain, kayak bola pingpong. Sempat was-was, apalagi komunikasi sempat putus-putus, bikin perasaan kayak digantung di ujung jurang. 

Setelah nunggu lama, akhirnya kabar baik datang: aku boleh liput! Lega banget, soalnya tiket masuk IMX ini nggak gratis, bro. Bisa aja sih bayar, tapi tujuannya kan beda—ini soal nge-blog, bukan cuma nonton.

Ketemu "Cah" Salatiga di Jalan

Bus Trans Semarang akhirnya nyampe dekat Sam Poo Kong. Di perjalanan, sempet ngobrol sama segerombolan remaja yang ternyata juga mau ke IMX. Kaget banget pas tahu mereka dari Salatiga, naik transportasi umum pula! IMX ini emang beda, bro, daya tariknya sampe bikin orang rela jauh-jauh datang.

Sampai di lokasi, antrian pengunjung mengular panjang. Dalam hati, aku cuma bisa nyengir bangga. Lewat jalur media, aku masuk bak VIP, nggak perlu ikut antri. 

Meski begitu, harus hubungi panitia yang ngurus media dulu. Agak lama sih, tapi wajar lah, mereka pasti hectic ngurusin banyak hal.

Panas Terik: Musuh Utama di Sam Poo Kong

Sam Poo Kong di siang bolong itu panasnya bukan main, bro. Matahari kayak nggak punya belas kasihan. Buat pengunjung acara outdoor kayak IMX ini, keringat bercucuran jadi temen setia. 

Bandingin sama GIIAS, yang ruangannya dingin, ada ruang media, plus makanan-minuman gratis—IMX ini kebalikannya. Nggak ada fasilitas mewah, apalagi air minum gratis. Bahkan ucapan ter liaison untuk ongkos bus aja nggak kepikiran.

Untungnya, aku tipe orang yang selalu siap tempur. Bawa air minum, topi, dan payung—persiapan wajib di medan perang panas ini. Tapi, panas kali ini beneran bikin lelet. Bersin-bersin tiba-tiba datang, entah kenapa, bikin konsentrasi buyar. 

Padahal, halaman Sam Poo Kong luas banget, dan aku baru keliling sedikit. Stand-stand mobil modifikasi yang keren-keren cuma sempet kulihat sekilas.

Terpaksa Pulang Cepet

Pengennya sih stay sampai sore, apalagi kalau ada fasilitas kayak makan siang gratis. Sayangnya, cuma dapat akses masuk gratis, jadi ya sudahlah. 

Siang itu aku putusin cabut duluan, apalagi ada event lain yang nggak kalah seru: Pawai Ogoh-ogoh di Jalan Pemuda, mulai jam 2 siang.  Khas Semarang banget! Males nunggu lama, aku naik ojek online biar cepet sampai. Sekali dayung, dua pulau terlampaui, kan?

Di Balik Kata "Gratis"

Kata "gratis" emang selalu terdengar manis. Banyak yang bilang, "Enak ya jadi blogger, bisa masuk event gratis." Tapi, di balik layar, ceritanya nggak sesimpel itu. 

Dompet sering kosong, fisik terkuras dari perjalanan sampe liputan, ditambah terik matahari yang kayak bos terakhir di game. Kalau penyelenggara kasih fasilitas lebih, mungkin ceritanya beda. Tapi kali ini, ya gini deh.

Nge-blog buatku itu hobi sekaligus kerjaan. Tujuannya sih penghasilan, tapi kali ini cuma semangat hobi yang bikin aku bertahan. 

Meski capek, aku bersyukur badan masih sehat dan semangat nge-blog nggak pernah padam. Sampai jumpa di liputan berikutnya, bro!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Pria Tidak Berdaya