Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Rumah Kembali Berdenyut: Kisah Rindu dan Syukur di Libur Iduladha

[Artikel 82#, kategori rumah] Setahun terasa panjang bagi sebuah rumah yang sepi. Namun, kali ini, dalam hangatnya libur Iduladha, keheningan itu pecah oleh gelak tawa dan cerita. Semarang kembali menyambut kedatangan pemiliknya, dan bersamanya, kenangan-kenangan indah dari setiap perayaan besar seolah menari di setiap sudut ruangan.

Kebahagiaan ini tak hanya milik si bungsu dan keluarganya yang akhirnya dapat memeluk erat kedua orang tua. Saya, yang ikut merasakan kehangatan rumah ini, pun tak dapat menyembunyikan suka cita. 

Mereka bukan sekadar keluarga, melainkan rumah kedua yang selalu terbuka. Sebuah pertanyaan seringkali muncul: bagaimana kelak saya dapat membalas limpahan kebaikan ini?

Ketika hati dipenuhi kebahagiaan, semesta seolah ikut tersenyum. Bulan Juni ini terasa istimewa dengan rezeki yang mengalir deras. Mungkin benar adanya, kupu-kupu cantik yang beberapa hari lalu singgah di taman adalah pertanda baik, sebuah isyarat bahwa perjuangan hidup yang selama ini saya jalani mulai menunjukkan titik terang

Rumah ini kembali menjadi sumber keberlimpahan. Tak hanya hidangan lezat yang selalu tersedia, tetapi juga 'dompet' yang terasa lebih aman karena pengeluaran hanya terfokus pada kebutuhan pokok. Sebuah kemewahan sederhana yang patut disyukuri.

Manajemen waktu

Namun, riuhnya kebersamaan ini membawa dinamika baru. Kesunyian yang selama ini menemani setiap aktivitas menulis kini harus berbagi ruang dengan percakapan dan canda tawa. 

Tantangan baru pun muncul: bagaimana menyeimbangkan waktu untuk menikmati momen bersama keluarga dan tetap produktif di depan laptop. Sebuah seni manajemen waktu yang perlu terus diasah.

Dulu, mungkin saya akan terusik dengan perubahan ini. Namun, pengalaman telah mengajarkan bahwa setiap situasi memiliki hikmahnya. Ini bukan kali pertama rumah kembali ramai, sehingga saya telah belajar beradaptasi dan menemukan ritme yang tepat.

Di tengah hangatnya dekapan keluarga, ada harapan sederhana yang terselip: semoga timbangan badan ikut bergeser ke kanan. Tubuh yang terasa semakin ringan ini merindukan asupan yang lebih dari biasanya. 

Namun, di atas segalanya, saya selalu bersyukur atas setiap nikmat yang telah diberikan. Sehat selalu untuk keluarga tercinta dan rumah yang kembali hidup. Semoga kita semua senantiasa dilimpahi keselamatan dan rasa syukur atas rahmat yang tak terhingga dari Allah SWT. Oh ya, gambar di atas hanyalah ilustrasi. Bukan sebenarnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile