Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Dikala Sepi Menyerbu



Sapi menyerbu! Bukan-bukan, maksudnya sepi. Hening, sendirian tanpa ada suara banyak orang. Hari ini saya masih memelihara kebiasaan buruk jika didalam kamar mandi. Baca buku atau cek email dan twitter via Hape. Keheningan kadang membuat saya lebih fokus untuk membaca. Kebetulan, buku yang saya baca ingin saya targetkan secepatnya selesai. Maklum, buku baru dan masih banyak lembaran baru.


Saat menulis ini, saya masih ada dikantor. Ditemani suara musik portable. Radio kesukaan saya pindah channel. 97.7 itulah channel yang gak ada matinya, selalu memutar lagu asyik, galau alias komplit plus lagu barat, ngehek nih lagu. Saya cuma bisa geleng tapi gak bisa melek, sulit dimengerti boy!

Duduk dimeja dengan kursi yang ada penyangga gabusnya, seperti seorang bos saja. Itulah saya, kan kantor sendiri. Kantor yang bagi saya itu luar biasa namun jelek kalo dilihat tempatnya. Maklum, cuma 550 ribu biaya sewanya :D

Sendiri sepertinya lagi menyertai saya hari ini. Entah, lagi hobi atau mikirin pacar yang jalan ke Jogja tanpa beban. Perangkat kantor alias orang-orang yang biasa bersama saya, entah pada kemana. Kalo ismi dari pagi sih ada, sekarang lagi kuliah. *semoga motornya nggak apa, kasian kalo mogok lagi

Jadi blogger itu seperti ini nasibnya. Ngeliat status teman yang ngurus skripsi kok galau mulu, apakah saya seperti dia. Kok jadi galau. Padahal nggak mikirin orang lain, kecuali diri sendiri. Ah, sudahlah. Doakan saja semoga teman saya itu cepat lulus. Biar statusnya berubah menjadi cerah.

Hidup itu pilihan,

Ember cin! hahaha... seolah nggak ada lagi kehidupan didunia ini. Yang saya tahu, kalo situ kuat pasti bisa bertahan. Kalo nggak kuat berarti situ memang harus memilih. Hihi.. enak aja yah kalo bisa memilih. Nggak mau ribet.

Oh ya, saya lagi pengen punya LCD Proyektor. Kapan yah bisa terwujud. Harganya kisaran 3 jutaan. Sebulan sekali, saya harus nyetor untuk bayar uang kantor. Itupun harus nyari-nyari receh kalau gak cukup. 


gebayangin punya proyektor, kaya ditodong polisi saja.

Udahlah, hari ini cukup sekian cerita saya di kantor kecil ini. Satu kesimpulan bagi pembaca adalah berani bermimpi adalah hak mutlak yang harus dimiliki banyak orang. Mudahan mimpi saya punya LCD terkabulkan, aminn :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun