Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tidur di Kantor di Malam Idul Adha



Hari ini sebenarnya adalah moment bahagia bagi umat muslim. Tapi, malam harinya, langit kota Semarang sebelum turun hujan, aktivitas warga tak banyak berubah. Simpang lima masih rame seperti biasa. Yang beda hanya penjagaan lebih ketat dan banyak oleh polisi. Bersyukur, saya masih tersenyum di hari spesial ini.


Seperti biasa, terbangun dini hari adalah aktivitas kebiasaan saya beberapa bulan ini. Kipas angin tepat didepan saya, dan suara portable radio masih menemani saya hingga terbangun. Hmm.. menggerakkan tubuh, kekanan dan kekiri, kok sakit rasanya.

Yah, malam takbiran saya beristirahat dikantor. Menghabiskan malam sambil ditemani hujan yang sangat deras. Sepertinya langit memberikan berkahnya kepada Semarang. Tidur dikantor seakan membuat saya damai meski panas.

Kerasnya hidup di kota orang, memang membentuk kultur baru bagi kehidupan saya. Namun, bukan alasan itu saya malam ini tidur dikantor. Udah beberapa hari keluarga datang kerumah. Yah, biasa momentnya pas banget.

Ibarat air yang mengalir dari pegununangan, kehidupan saya yang biasa sendiri, kedatangan keluarga yang berbondong-bondong, seolah memberi aliran air baru bagi saya. Kamar jadi penuh sesak. Maklum dua kamar doang.

Keteraturan hidup saya setelah pulang dari kantor adalah beristirahat total. Tapi, yah mau dikata semua sedikit berubah. Jangankan mau tidur, mejam sedikit saja seakan mendengar suara nyamuk ditelinga.

Yah, udahlah mencari jalan terbaik demi kualitas terbaik meski harus jadi paling baik. Inilah cerita saya dimalam takbiran. Selama hari raya idul adha kawan. selalu tetap bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh