Pria Tidak Berdaya
[Artikel 37#, kategori Dibalik Layar] Akhirnya, tahun 2025 ini saya bisa kembali merasakan pengalaman menonton film Indonesia bersama para pemainnya. Ada perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan. Selama ini, meskipun film-film Indonesia rajin mampir di bioskop Kota Semarang, ada hal yang terasa aneh dan berbeda.
Dulu, di bawah bendera KOFINDO, rasanya begitu mudah mendapatkan kabar atau undangan eksklusif untuk bisa nimbrung langsung dengan para pemain. Akses itu terasa begitu dekat, seperti pintu yang selalu terbuka lebar.
Tapi tahun ini, situasinya terasa berbeda, seperti mengikuti kebijakan pemerintah yang terus memangkas anggaran. Anehnya, para pemasar modern, seperti influencer dan kreator konten, justru terlihat kebanjiran undangan.
Saya jadi berpikir, apakah nasib KOFINDO kini serupa dengan dotsemarang? Apakah aktivitas blogging memang sudah semakin ditinggalkan?
Tidak ada usaha yang sia-sia. Keaktifan saya di platform Threads, yang kini makin populer, akhirnya membuahkan hasil. Banyak agensi, perusahaan, dan pemasar kini memanfaatkan Threads sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Undangan yang saya dapatkan ini berawal dari sebuah akun yang kebetulan sedang membagikan tiket film, khususnya film Hotel Sakura.
Dulu, saya mungkin merasa bangga saat dihubungi langsung oleh pihak film. Sekarang, rasanya seperti harus berjuang meraih tiket gratis di tengah puluhan akun yang bertebaran di sana-sini.
Syukurlah, saya berhasil mendapatkan tiket itu. Pengalaman ini terasa sangat berharga. Saya sempat berpikir, ini akan menjadi cerita seru yang akan saya bagikan di blog KOFINDO.
Mendapat fasilitas dua tiket gratis untuk nonton film membuat saya bingung. Di usia yang menjelang 40 ini, rasanya sulit sekali mempercayai orang lain, apalagi sampai mengajaknya nonton bareng.
Sering kali, jika saya mengajak dan melibatkan seseorang dalam sebuah kegiatan promosi, pertanyaan yang muncul adalah, "Ada untungnya atau tidak?" Padahal, niat saya hanya ingin memberikan fasilitas secara cuma-cuma.
Setelah mempertimbangkan, saya memutuskan untuk mengajak seorang kenalan yang juga aktif sebagai influencer. Saya menaruh harapan yang sangat tinggi padanya, berharap jalan yang saya bukakan ini bisa menjadi kesempatan besar baginya di kemudian hari.
Namun, harapan itu sepertinya terlalu besar. Hingga filmnya turun dari bioskop Kota Semarang, konten yang saya harapkan tak kunjung tiba di feed Instagramnya. Rasanya ini memang kesalahan saya lagi, yang terlalu mudah mempercayai potensi diri orang lain.
Selain bisa nonton film Indonesia di dalam bioskop, kebahagiaan saya bertambah saat bertemu langsung dengan dua pemain film yang cantik-cantik: Clara Bernadeth dan Taskya Namya. Di dalam film, keduanya berperan sebagai sahabat yang saling mendukung. Melihat mereka dari dekat tentu memberikan pengalaman yang sangat berbeda. Saya merasa sungguh beruntung.
Film Hotel Sakura sendiri menggunakan Kota Semarang, khususnya kawasan Kota Lama, sebagai latarnya. Tentu ada rasa bangga tersendiri saat menonton film ini, meskipun akhirnya film ini tumbang lebih cepat di Ibu Kota Jawa Tengah.
Saya berpikir, permasalahannya bukan karena genre horor yang mulai ditinggalkan penonton. Melainkan, waktu rilisnya yang berbarengan dengan film-film Hollywood dan film-film luar lainnya yang sangat diminati.
Tahun 2025 tinggal menghitung beberapa bulan lagi. Saya berharap pengalaman menonton di bioskop bersama para pemain film ini bukan yang terakhir. Meskipun saya tahu, peluangnya sangat kecil jika melihat bagaimana usaha saya sering kali diacuhkan.
Beberapa kali saya mencoba menghubungi akun media sosial film-film yang datang ke Kota Semarang. Meskipun akun mereka sedang gencar berpromosi, pesan dari akun saya tetap terabaikan. Mungkin adminnya terlalu sibuk mengurus permintaan dari akun lain yang jumlahnya sangat banyak.
Lewat akun KOFINDO, saya sadar bahwa tahun ini bukanlah tahun yang mudah. Pertanyaan besar muncul di benak saya: apakah sudah waktunya untuk mengakhiri semangat mengajak orang-orang menonton ke bioskop, terutama di Kota Semarang?
Toh, sekarang bioskop sudah ramai tanpa perlu lagi "pahlawan kesiangan" seperti saya yang menjalankan misi mulia. Mungkin ada banyak jalan lain yang seharusnya kini saya jalani.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar