Pria Tidak Berdaya

[Artikel 155#, kategori catatan] Awal September ini langsung terasa seperti tendangan pembuka di lapangan mini soccer. Semangatnya menular, bikin saya ingin menjalani bulan ini dengan penuh energi. Bermain bola di lapangan selalu jadi pelarian terbaik untuk melepas penat. Tapi, di balik kebahagiaan itu, ada kekhawatiran yang setia menanti: tagihan pinjaman online yang harus segera dilunasi.
Pilihan di depan mata tidak mudah. Ambil pinjaman baru lagi, yang artinya tagihan bulanan bakal semakin membengkak? Atau menghubungi si Bapak yang bulan lalu janji manis membantu, tapi ujung-ujungnya cuma berkilah? Saya bingung, tapi hidup harus jalan terus.
Kehilangan Futsal
Ada yang datang, ada pula yang pergi—begitulah hidup. Semakin dewasa, saya semakin paham bahwa hal-hal yang kita sayangi pun bisa lenyap. Kabar duka datang dari lapangan futsal tempat saya biasa bermain setiap Selasa.
Lapangan itu kini mengikuti jejak lapangan futsal hari Kamis, beralih jadi lapangan padel. Sedih? Jelas. Tapi mau bagaimana lagi.
Untungnya, saya masih punya lapangan mini soccer di Senin malam untuk menyalurkan hobi menangkap bola. Futsal, terima kasih atas tahun-tahun penuh kenangan. Meski pergi, setidaknya saya jadi punya alasan untuk tidur lebih awal dan sedikit menghemat tenaga.
Pengeluaran Tak Terduga
Di tengah keuangan yang sudah pas-pasan, pengeluaran tak terduga selalu jadi momok. Baru-baru ini, penanak nasi portabel yang saya beli lewat Shopee tiba-tiba mati.
Pilihannya: beli baru atau pakai rice cooker rumah. Kalau beli baru, dompet saya bakal menjerit. Kalau pakai rice cooker rumah, harus berbagi dengan yang lain—aman sih, tapi rasanya kurang nyaman karena harus buru-buru membersihkannya setelah dipakai.
Akhirnya, saya putuskan bawa penanak nasi itu ke tukang servis. Biayanya setengah dari harga beli baru, lumayan hemat. Keputusan kecil ini terasa seperti kemenangan kecil di tengah badai.
Keuangan dan Kesehatan
Di akhir Agustus, saya menimbang berat badan dan tersenyum lega—berat saya naik, normal. Artinya, asupan makanan saya cukup baik, meski menu harian cuma nasi dan tempe rebus yang kadang bikin bosan. Di tengah keterbatasan, bisa sehat adalah anugerah yang saya syukuri dengan ucapan alhamdulillah.
Soal keuangan, saya masih dilema menyambut bulan baru. Utang terasa seperti beban, tapi juga seperti investasi untuk menjaga roda hidup tetap berputar.
Sebagai blogger, saya merasa aktivitas ini tak jauh beda dengan pelaku bisnis lain yang kadang harus berutang demi menjaga semuanya berjalan. Saya cuma bisa berharap ada keajaiban kecil di perjalanan ini, dan semoga semua baik-baik saja.
Pikiran dan tubuh saya alhamdulillah masih sehat. Setiap orang punya masalah masing-masing, jadi saya belajar untuk tidak terlalu larut dalam drama. Mari kita saling mendoakan agar semua urusan dilancarkan.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semoga September ini membawa cerita baik untuk kita semua.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar