Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
4 komentar

Jagung Serut: Teman Nasi Murah yang Selamatkan Dompet dan Pencernaan

[Artikel 8#, seni bertahan hidup] Saya akhirnya beralih dari pare ke jagung serut di bulan Oktober ini. Harganya cuma Rp6.000, murah meriah buat nemenin nasi. Selain hemat, jagung serut ini ternyata punya serat tinggi yang nggak kalah oke dari pare. Pilihan simpel yang bikin hidup tetap jalan, meski dompet seringkali cuma bisa nyanyi lagu sedih.

Jujur, hidup hemat begini nggak lantas bikin hidup saya jadi lebih baik. Intinya, saya butuh pemasukan lebih biar bisa hidup lebih nyaman. Tapi, harapan tinggal harapan. Di saat orang-orang di media sosial curhat soal gaji kecil—yang menurut saya nominalnya udah wow banget—saya di sini malah terus ikat pinggang karena pemasukan beneran seret. 

Kalau ada duit, eh, langsung lari buat bayar tagihan pinjol. Entah sejak kapan hidup saya cuma muter buat bayar utang. Apalagi penghasilan dari blog dotsemarang lelet banget, cuma ngasih Rp5.000 sebulan dari Adsense. Bikin ngelus dada.

Kembali ke Jagung Serut, Si Penyelamat

Maaf, tadi malah curhat kebanyakan. Sekarang balik ke cerita jagung serut, seni bertahan hidup dengan budget pas-pasan. Pare sebenarnya masih jadi andalan, tapi saya pengen coba sesuatu yang beda. Pas banget, nemu jagung serut di warung dekat rumah. Awalnya sih iseng beli sepulang main bola. Eh, kok kepikiran buat jadikan ini pelengkap nasi, gantikan pare.

Rasanya? Lumayan banget! Nasi plus jagung serut dengan bumbu sapi panggang atau balado jadi menu baru yang saya nikmati beberapa minggu ini. Biar hemat, satu kemasan Rp6.000 saya usahain cukup buat seminggu. 

Susah sih, kadang nggak sampai seminggu udah habis. Makannya cuma sedikit-sedikit, yang penting nasi ada rasa. Tanpa lauk macam tempe, ikan, atau daging, hidup saya cuma nasi dan jagung, dua kali sehari. Sederhana, tapi cukup.

Manfaat Serat Jagung yang Bikin Perut Plong

Jangan kasihan sama saya, ini pilihan hidup sendiri. Kalau merasa iba, mending bantu lewat donasi di halaman Trakteer saya di bawah, hehe. Meski cuma nasi dan jagung, alhamdulillah badan masih sehat. Bisa kerja, main, dan hidup normal. Meski kata orang, badan saya makin kurus—yah, namanya juga hidup hemat.

Jagung serut ini ternyata punya serat tinggi, bagus banget buat pencernaan. Di usia 39 tahun, bisa BAB rutin aja udah bikin bahagia. Pencernaan lancar, badan sehat, hati tenang. Dulu pas makan pare, kadang masih susah BAB. 

Tapi sejak pindah ke jagung serut, perut langsung plong. Percaya nggak? Coba aja sendiri, nggak harus jagung serut, pokoknya makan jagung biar pencernaan oke.

Hidup Hemat Jadi Pelajaran Berharga

Menulis soal hidup hemat ini rasanya menyenangkan, meski kadang terasa pahit. Saya sering berandai-andai, kalau hidup ini kayak komik atau drama China, pengen banget bisa balik ke masa lalu. Dengan sistem ajaib tentunya, biar hidup lebih baik, terutama soal keuangan. Kalau punya banyak uang, saya bisa bantu lebih banyak orang, nggak cuma mikirin makan apa minggu ini.

Sementara ini, saya bertahan dengan budget Rp6.000-10.000 seminggu buat makan. Jagung serut jadi penutup dompet sekaligus penyelamat perut. Semoga ke depan ada kesempatan lebih baik. Amin.

Kalau suka cerita ini, dukung saya di Trakteer (link-trakteer-anda) atau share artikel ini biar makin banyak yang tahu seni hidup hemat ala jagung serut!

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Gambar
Mungkin saja saya akan terhanyut tanpa kata-kata bila tidak membaca koran beberapa hari kemarin. Mengenal istilah Cinephile saat ini sepertinya membuat saya begitu bodoh dan entah dari mana aja selama ini. Padahal ini bukan baru buat saya. Terlambat sedikit tidak masalah, bukan? Ada yang baru tahu seperti saya ini???
Baca selengkapnya

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Gambar
[ Artikel 3#, kategori manajement ] Mendengar istilah split, pikiran saya tertuju pada fitur video editor yang sering digunakan untuk membuat potongan video. Namun kali ini sedikit berbeda. Istilah ini merujuk pada jadwal atau absensi karyawan, terutama tentang hotel. Tulisan ini bukan tentang pengalaman saya yang sedang bekerja di hotel. Bukan, bukan. Saya masih tetap seorang pemilik blog saja atau bloger. Istilah ini saya dengar dari Dia. Sistem shift Saya benar-benar tidak mengerti awalnya ketika dia bercerita dan menderita karena sistem shift ini. Sebagai anak trainee, ia sebenarnya juga bukan kali ini memiliki pengalaman seperti ini.  Hanya saja, saya yang ikut mendengarnya merasakan betapa tidak menyenangkan ketika dia mendapatkan jam split dalam kurun waktu tertentu. Dan sekarang saya sudah mengerti. Dan mencoba memahami segala aktivitasnya ketika ia mendapat giliran jam kerja seperti ini. Dari blog exxotel.wordpress.com , saya menemukan durasi waktu untuk jam split sep...
Baca selengkapnya