Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga. Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Menikahi Wanita Berarti Menikah Dengan Semua yang Menyayanginya
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
[Artikel 10#, kategori pria 31 tahun] Saya seperti terdampar di sebuah tempat yang tidak ada jaringan Internet. Saya seperti hidup tak segan, mati pun enggan. Padahal kehilangan beberapa hari tidak menulis bukan karena itu penyebabnya. Ketakutan tentang kehilangan motivasi menulis blog rasanya mulai terasa gejalanya.
Lama nggak update blog, saya malah membawa tulisan yang agak berat bagi nalar yang merasa benar. Saya banyak bertemu orang-orang ini yang entah sejak kapan yang awalnya saya hormati berubah tidak hormat karena mengurusi hidup orang lain. Mereka seolah paling benar karena sudah melakukan.
Saat tulisan ini tuangkan, saya sedang bersepeda membeli makanan kucing. Jembatan yang saya lewati penuh warna-warni yang seolah mengatakan begitulah hidup yang harus manusia jalani.
Tiap berpapasan dengan pengendara sepeda motor khususnya wanita yang terlihat menarik saya selalu tertarik dan rasanya, ingin segera menikahinya. Konyol dan bodoh. Pemikiran itu akhirnya dipendam ke dalam lubang terdalam.
Menyebut kata menikah sekarang ini sepertinya sebuah tantangan. Bukan karena saya tidak move on dari masa muda di bawah usia 25 tahun yang masih ingin bersenang-senang. Bukan juga karena saya menggantikan kata jomblo menjadi hidup abadi.
Banyak hal yang saya pikirkan ketika menyebut ini. Sepertinya bukan menyebut, tapi berusaha menyingkirkan.
Namun entah kenapa, judul ini tiba-tiba terselip begitu saja saat saya tadi bersepeda. Seolah menikah itu mudah dan berpegang teguh pada kata-kata orang-orang yang sudah melakukan, semangat.
Menikah dengan wanita berarti menikah dengan semuanya yang dimiliki si wanita. Pemikiran jauh saya seolah melampui mata penjaga gawang yang tidak menyangka gawangnya kebobolan saat adu pinalti.
Benar-benar tidak bisa diprediksi dan penuh kejutan. Begitulah buah pemikiran jauh saya saat ini yang menggiring saya pada sesuatu yang tidak pasti.
Menikah tentu mudah dilakukan dengan syarat ada pasangan dan mampu dari segala hal sebagai calon menantu. Saya, tidak demikian.
Seolah saya seperti pecundang yang tak berani bertindak, saya sedikit mengakui sebenarnya. Mencintai wanita itu memang tidak mudah, menikah yang mudah.
Namun menikah, kita harus juga menikahi keluarganya yang dalam arti bahwa memberikan segalanya kepada mereka berupa rasa hormat, kasih sayang, berkorban dan tentu mendengarkan mereka untuk sesuatu yang dianggap penting.
Saya tidak sekuat itu ternyata.
Hidup saya yang begitu membanggakan bagi diri saya sendiri tidak dapat membuat orang lain bahagia.
Pemikiran saya terus terperosok dan sesekali berharap masa lalu datang menghampiri. Mungkin saja saya berjodoh dengan masa lalu.
...
Tulisan saya mulai konyol. Ini karena sebagian tulisan dibagian akhir saya selesaikan di rumah. Saya menyukai bersepeda meski ke tempat-tempat sederhana. Di sanalah pemikiran saya bisa keluar meski kadang membuat susah dengan berhenti satu titik ke titik lain hanya untuk memindahkan isi kepala ke catatan yang ada di Smartphone.
Kesimpulannya begini bahwa usia seperti saya saat ini, menikah bukan sekedar memberi kasih sayang kepada sang pujaan.
Saya memikirkan bagaimana keluarganya yang begitu bangga terhadap putri kesayangannya harus jatuh kepada pria yang kurang baik. Menikah tak bisa hanya mengandalkan cinta dan kasih sayang saja.
Menikahi keluarganya seperti sebuah cerita film kolosal dimana sang mempelai wanita menjadi permaisuri, dan keluarganya duduk menjadi menteri hingga pejabat tinggi.
Saya harap ini tidak terjadi dengan saya suatu hari nanti. Penutup dengan sebuah lagu dari Sheila On 7 dengan judul Ketidakwarasan Padaku.
Begini rasanya ketika mertua datang ke rumah, nggak enakan. Padahal, cuma menjenguk cucu kesayangan. Tapi rasa malas yang biasa dirasakan sebelum nikah, berubah rasa risih. Serba salah, pokoknya.
Mungkin saja saya akan terhanyut tanpa kata-kata bila tidak membaca koran beberapa hari kemarin. Mengenal istilah Cinephile saat ini sepertinya membuat saya begitu bodoh dan entah dari mana aja selama ini. Padahal ini bukan baru buat saya. Terlambat sedikit tidak masalah, bukan? Ada yang baru tahu seperti saya ini???
[Artikel 17#, kategori Tips] Saya sudah menghitung kira-kira berapa kuota yang dihabiskan untuk menonton siaran langsung sepakbola via streaming. Tentu Anda sekarang bisa mengukur biaya untuk menghabiskan kuota apabila tim kesayangan Anda akan bertanding hari ini.
[ Artikel 81#, kategori rumah ] Setelah beberapa tahun belakangan hanya merayakan Idulfitri di Kota Semarang, keluarga si bungsu akhirnya mudik juga ke Kota Samarinda. Sekarang, keluarga kecil tersebut datang dengan tambahan si kecil. Jum'at pagi (28/3), saya mengantar mereka menuju bandara Semarang. Pemberitahuan mereka akan mudik sudah diberitahu satu hari sebelumnya. Sempat khawatir karena kebiasaan ngantar ke Jogja, kirain akan ke sana. Ternyata, bukan. Ngambil cuti Dulu alasan nggak sering mudik karena profesi si bungsu yang sulit mengambil waktu karena profesionya sebagai pelayan masyarakat alias Dokter. Ternyata tahun ini sudah bisa meluangkan waktu untuk balik. Itu adalah kebahagiaan yang luar biasa buat sang istri yang sudah rindu akan rumah karena kelamaan di Semarang. Lebih tenang Kepulangan mereka jadi keuntungan sendiri buat saya yang memutuskan masih tidak mudik. Lagian mau mudik, rumah yang dituju sudah tidak ada. Ada banyak faktor yang membuat saya enggan pul...
[ Artikel 9#, kategori Dibalik Layar ] Ternyata Bus Trans Jateng baru beroperasi jam 2 siang. Padahal niat awal pergi ke Ungaran akan menggunakan transportasi ini. Sedikit usaha dan pengalaman baru yang pada akhirnya indah juga hasilnya. Kisah sederhana perjalanan saya dimulai Sabtu siang (22/8/2020) dengan berjalan kaki dari rumah menuju halte Trans Semarang yang berjarak kurang lebih 1 km. Ya, tidak ada pilihan untuk mengeluh. Lebih dari 15 menit saya menunggu bus setelah saya duduk di halte. Saya lebih menyukai berbagi aktivitas di stories Instagram ketimbang Twitter karena lebih sederhana dan mudah. Sambil menunggu di tengah hiruk pikuk kendaraan yang lewat di depan, saya tetap mengabarin dia. Saya sangat butuh perhatian dia, sekaligus teman perjalanan dan tidak membuatnya khawatir. Bus yang membawa saya dari jalan Majapahit dan sudah berhenti beberapa kali di halte, akhirnya menurunkan saya untuk pindah bus. Sekitar 23 menit perjalanan yang saya catat lewat stories. Saat bert...
Komentar
Posting Komentar