Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tempat Duduk Favorit Tiap Nonton Film Indonesia di Bioskop


[Artikel 17#, kategori Kofindo] Kapan kamu terakhir pergi ke bioskop? Hampir 2-3 tahun kebelakang, saya 90% selalu ke bioskop tiap hari kamis. Dan itu artinya, saya punya sesuatu yang bisa saya ceritakan di sini hari ini. Kamu sudah tahu?

Saya benar-benar menyukai pergi ke bioskop itu lebih karena merasa prihatin dulunya. Tidak banyak orang pergi ke bioskop, bahkan untuk bertemu artisnya di sini pun sulit meski memiliki jadwal roadshow beberapa kota.

Namun sekarang saya sangat senang, banyak orang pergi ke bioskop. Terutama generasi Z yang masih bersekolah. Dan mereka bisa semangat nonton juga karena para pelaku film memberi karya terbaik mereka setiap membuat filmnya.

Tempat duduk kode E

Ini adalah deretan kursi yang saya sukai untuk menonton film Indonesia. Alasannya, sudut pandang mata ke layar sangat bebas. Ini berbeda dengan tempat duduk lain yang kursi depannya menghalangi pandangan dengan kepala penonton.

Bila ramai, terkadang saya mau nggak mau harus mencari tempat duduk lain. Namun bila sepi, sayalah rajanya di sana. Banyak kepuasan saat sepi meski saya tak berharap sepi.

Tempat duduk ini sudah menemani saya bertahun-tahun, dari suasana penonton yang kosong sama sekali hingga sangat ramai.

Pernah nonton film sendiri dan genre filmnya horor? Hmm.. saya yakin itu butuh perjuangan agar tidak takut. Gelap, audio yang berdetakan silih berganti dan memikirkan hal lain yang duduk di sebelah.  

...

Saya berharap terus pergi ke bioskop menyaksikan karya-karya yang dibuat sineas Indonesia. Namun sepertinya, ketakutakan untuk tidak menonton bakalan terjadi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan mengingat kondisi keuangan yang tidak mendukung.

Meski begitu, saya sudah lega dan tidak perlu bertanggung jawab lagi tentang bagaimana orang-orang harus pergi ke bioskop. Media sosial benar-benar sangat membantu.

Artikel terkait Kofindo :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh