Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Hal Menarik Tiap Pergi Ke Bioskop


[Artikel 16#, kategori Kofindo] Ditengah penuh sesak penonton yang memadati antrian pembelian tiket, saya terharu duduk disebelah seseorang yang punya keterbatasan ini. Apakah dia ingin nonton film Indonesia? Siapa yang dikabarin dengan ponsel jadoel yang diketik dengan kaki-kakinya tersebut. Inilah salah satu hal menarik tiap pergi ke bioskop.

Menutup akhir tahun 2016, film Hangout dan Cek Toko Sebelah mencuri perhatian banyak penonton dari generasi Z. Mereka mengantri hingga sangat jauh dari pintu masuk bioskop yang masih tutup. Luar biasa.

Antrian masih saja terus panjang meski pintu sudah dibuka. Saya sendiri dengan langgengnya menerobos antrian memang sangat mudah mendapatkan tiket. Maklukm, saya pemegang kartu ajaib yaitu Movie Card.

Tak butuh lama, tiket film sudah saya kantongi. Sambil melihat suasana yang ramai untuk diabadikan saya mencari sudut yang pas buat diabadikan. Dan di sini, tempat duduk sebelah orang yang sedang duduk juga sedang mengetik ponselnya dengan kakinya.

Saya tak bermaksud kurang ajar dengan mengambil gambarnya. Yang saya pikirkan hari itu adalah ia adalah salah satu orang yang ada di dalam keramaian. Ia tidak mengalah dengan keterbatasan, dan sosoknya buat saya begitu menginspirasi.


Saya harap orang tersebut ikut menonton salah satu film Indonesia. Film bukan saja sebagai media hiburan untuk jiwa dan raga, tapi lebih dari itu banyak sekali manfaat menonton film di bioskop.

...

Mari merenung sejenak tentang apa yang saya lihat. Film Indonesia adalah wajah masyarakat bangsa ini dan banyak sisi kreativitas dibangun di sana.

Selain orang seperti beliau ini, beberapa penonton dari kalangan generasi tua terkadang sering saya lihat berada di dalam bioskop. Ikut mengantri ditengah himpitan anak remaja. Tidak mau kalah dan bangga dengan wajah film Indonesia.

Apakah itu bentuk apresiasi atau sekedar rencana meluangkan waktu untuk rekreasi. Yang pasti, saya bangga dengan mereka yang masih mau pergi ke bioskop.

Selamat hari kamis,
12 Januari 2017
Yuk pergi ke bioskop.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat