Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Hal Menarik Tiap Pergi Ke Bioskop


[Artikel 16#, kategori Kofindo] Ditengah penuh sesak penonton yang memadati antrian pembelian tiket, saya terharu duduk disebelah seseorang yang punya keterbatasan ini. Apakah dia ingin nonton film Indonesia? Siapa yang dikabarin dengan ponsel jadoel yang diketik dengan kaki-kakinya tersebut. Inilah salah satu hal menarik tiap pergi ke bioskop.

Menutup akhir tahun 2016, film Hangout dan Cek Toko Sebelah mencuri perhatian banyak penonton dari generasi Z. Mereka mengantri hingga sangat jauh dari pintu masuk bioskop yang masih tutup. Luar biasa.

Antrian masih saja terus panjang meski pintu sudah dibuka. Saya sendiri dengan langgengnya menerobos antrian memang sangat mudah mendapatkan tiket. Maklukm, saya pemegang kartu ajaib yaitu Movie Card.

Tak butuh lama, tiket film sudah saya kantongi. Sambil melihat suasana yang ramai untuk diabadikan saya mencari sudut yang pas buat diabadikan. Dan di sini, tempat duduk sebelah orang yang sedang duduk juga sedang mengetik ponselnya dengan kakinya.

Saya tak bermaksud kurang ajar dengan mengambil gambarnya. Yang saya pikirkan hari itu adalah ia adalah salah satu orang yang ada di dalam keramaian. Ia tidak mengalah dengan keterbatasan, dan sosoknya buat saya begitu menginspirasi.


Saya harap orang tersebut ikut menonton salah satu film Indonesia. Film bukan saja sebagai media hiburan untuk jiwa dan raga, tapi lebih dari itu banyak sekali manfaat menonton film di bioskop.

...

Mari merenung sejenak tentang apa yang saya lihat. Film Indonesia adalah wajah masyarakat bangsa ini dan banyak sisi kreativitas dibangun di sana.

Selain orang seperti beliau ini, beberapa penonton dari kalangan generasi tua terkadang sering saya lihat berada di dalam bioskop. Ikut mengantri ditengah himpitan anak remaja. Tidak mau kalah dan bangga dengan wajah film Indonesia.

Apakah itu bentuk apresiasi atau sekedar rencana meluangkan waktu untuk rekreasi. Yang pasti, saya bangga dengan mereka yang masih mau pergi ke bioskop.

Selamat hari kamis,
12 Januari 2017
Yuk pergi ke bioskop.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh