Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

10 Tahun Bersepeda

[Artikel 29#, kategori sepeda] Sepertinya saya mulai menyerah. Bukan karena lelah, tapi perasaan nggak enak. Terutama lutut apabila menggunakan sepeda terlalu jauh atau lama. Sepedanya sudah tidak nyaman lagi. Bila tidak dipakai lebih dari 5 hari, bannya pasti kempes. 

Apakah ini sudah batasnya? Perasaan itu juga sudah semakin menghilang. Bukan mengalah karena merasa kalah, tapi sadar diri dengan kemampuan. Toh, semakin berumur, orang-orang juga semakin punya pola pikir bijaksana.

Saya tidak tahu mengapa pola pikir ini datang begitu saja saat sudah mencapai 10 tahun. Perasaan yang saya khawatirkan dan juga takuti bila terjadi juga pada dotsemarang.

Saya akan mengabaikan dan menganggapnya kewajaran. Tidak masalah sedikit buncit karena jarang membakar lemak diperut. Lagian, siapa juga yang tertarik dengan pria 30-an.

10 tahun bersepeda adalah konsisten yang luar biasa. Sayang, semangat itu makin mengikis hilang. Sekarang saya mulai sering menggunakan sepeda motor meski tidak memiliki SIM.

Ya, motor yang dulunya sulit digunakan karena dipakai orang rumah, semenjak ia pindah dari rumah, saya semakin mudah memakainya. Mungkin ini juga alasan mengapa perasaan saya tentang bersepeda berkurang.

Ketika fasilitas memadai, mengapa membuat susah sendiri. Itu yang saya pikirkan mungkin. Namun entahlah, bila tahun 2023 saya memiliki sepeda baru. Apakah saya akan berusaha atau memilih smartphone baru ketimbang membeli sepeda.

Terima kasih badan yang tetap sehat hingga sekarang. Mari kita berjuang lagi agar lemak-lemak dibadan tidak bertumbuh terus. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya