Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

10 Tahun Bersepeda

[Artikel 29#, kategori sepeda] Sepertinya saya mulai menyerah. Bukan karena lelah, tapi perasaan nggak enak. Terutama lutut apabila menggunakan sepeda terlalu jauh atau lama. Sepedanya sudah tidak nyaman lagi. Bila tidak dipakai lebih dari 5 hari, bannya pasti kempes. 

Apakah ini sudah batasnya? Perasaan itu juga sudah semakin menghilang. Bukan mengalah karena merasa kalah, tapi sadar diri dengan kemampuan. Toh, semakin berumur, orang-orang juga semakin punya pola pikir bijaksana.

Saya tidak tahu mengapa pola pikir ini datang begitu saja saat sudah mencapai 10 tahun. Perasaan yang saya khawatirkan dan juga takuti bila terjadi juga pada dotsemarang.

Saya akan mengabaikan dan menganggapnya kewajaran. Tidak masalah sedikit buncit karena jarang membakar lemak diperut. Lagian, siapa juga yang tertarik dengan pria 30-an.

10 tahun bersepeda adalah konsisten yang luar biasa. Sayang, semangat itu makin mengikis hilang. Sekarang saya mulai sering menggunakan sepeda motor meski tidak memiliki SIM.

Ya, motor yang dulunya sulit digunakan karena dipakai orang rumah, semenjak ia pindah dari rumah, saya semakin mudah memakainya. Mungkin ini juga alasan mengapa perasaan saya tentang bersepeda berkurang.

Ketika fasilitas memadai, mengapa membuat susah sendiri. Itu yang saya pikirkan mungkin. Namun entahlah, bila tahun 2023 saya memiliki sepeda baru. Apakah saya akan berusaha atau memilih smartphone baru ketimbang membeli sepeda.

Terima kasih badan yang tetap sehat hingga sekarang. Mari kita berjuang lagi agar lemak-lemak dibadan tidak bertumbuh terus. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh