Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bulan Desember, Halaman Rumah Bersih

[Artikel 48#, kategori rumah] Bukan saya yang membersihkan tumpukan daun yang ada di bawah pohon jambu ini. Ketimbang dibakar dan menyebabkan polusi, tiap 3 bulan sekali saya minta tolong bapak-bapak tukang becak dekat rumah untuk membersihkan. Tentu, ada biayanya.

Selasa, tanggal 18 Desember 2022. Sudah waktunya tumpukan daun dan ranting pohon yang selama 3 bulan dikumpulkan di sana untuk dibersihkan. Rasanya jadi rutin dan semoga berkah buat si bapak yang bersihkan.

Halaman ini hanya sebagai catatan saja untuk 3 bulan ke depannya bahwa saya harus kembali meminta tolong si bapak untuk bersihkan. Terima kasih sudah melihat halaman ini bila tidak sengaja terbaca olehmu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya