Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, Desember 2022

[Artikel 111#, kategori catatan] Mengawali awal bulan Desember, perasaan saya dag dig dug. Rumah akan kedatangan banyak orang minggu depan. Terutama pemilik rumah yang dipastikan datang dengan skala besar. Mungkinkah kenyamanan hidup yang biasa saya lalui akan terasa tidak nyaman?

Sejak beberapa bulan lalu, rencana bermain badminton seperti tahun lalu di Kota Semarang kembali dilakukan. Bahkan, saya sangat sibuk mencari lapangan yang bisa disewa.

Tanpa hubungan

Saat kembali membaca bulan Desember edisi tahun 2021, saya tersenyum sendiri saat menulis halaman ini. Ternyata statusnya masih sama, akhir tahun tanpa ada orang spesial yang menemanin.

Entah kenapa, periodenya sama. Apakah karena saya ingin ketenangan agar bisa refleksi diri? Atau saya saja yang tak mampu menarik perhatian mereka (perempuan).

Beberapa perempuan, termasuk mantan, sebenarnya datang silih berganti setahun ini. Dari sekedar teman kencan (offline) hingga sekedar kenalan di dunia online. Tapi tak ada satu pun yang harus diperjuangin. 

Umur sekarang, sangat lelah rasanya jika mengatakan aku cinta kamu harus melakukan banyak pengorbanan. Mengeluarkan uang,  menjemput, mentraktir atau berkata manis layaknya kumbang yang sedang mendekati bunga. 

Logika selalu bermain yang terus merasuki pikiran. Memang pantas? Jika sekedar mengejar fantasi dan imajinasi, mereka tidak layak. Saya hanya butuh yang tepat saja.

Uang masih segalanya, tapi tetap harus nahan diri

Niat besar saya untuk menabung entah kenapa selalu berakhir kurang baik. Tahun ini, tidak pernah saya pikirkan bahwa tabungan saya terkuras bukan karena daya beli dan nafsu saya yang begitu besar. Melainkan tentang keluarga.

Bila sebagai bagian keluarga adalah kewajiban, saya ikhlas membantu. Tapi yang terjadi, keluarga saya sendiri membohongin. Hanya bisa menerima nasib kala duit yang tak seberapa tiap bulan harus cepat menghilang.

...

Kini, cerita bulan baru siap ditulis lagi. Melakukan perjalanan tanpa berpikir apakah akan bahagia atau menderita. Tiap kata yang saya tulis sebagiannya adalah realita. 

Yang saya tahu, menulis adalah cara saya membuat sejarah tentang diri saya sendiri. Selamat Tahun Baru 2023, Saya harap sisa waktu ini banyak mendapatkan rejeki (keuangan, kesehatan, kebahagiaan dan lainnya).

Terima kasih sudah menjadi bagian sejarah saya tahun 2022.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat