Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo, Desember 2022

[Artikel 111#, kategori catatan] Mengawali awal bulan Desember, perasaan saya dag dig dug. Rumah akan kedatangan banyak orang minggu depan. Terutama pemilik rumah yang dipastikan datang dengan skala besar. Mungkinkah kenyamanan hidup yang biasa saya lalui akan terasa tidak nyaman?

Sejak beberapa bulan lalu, rencana bermain badminton seperti tahun lalu di Kota Semarang kembali dilakukan. Bahkan, saya sangat sibuk mencari lapangan yang bisa disewa.

Tanpa hubungan

Saat kembali membaca bulan Desember edisi tahun 2021, saya tersenyum sendiri saat menulis halaman ini. Ternyata statusnya masih sama, akhir tahun tanpa ada orang spesial yang menemanin.

Entah kenapa, periodenya sama. Apakah karena saya ingin ketenangan agar bisa refleksi diri? Atau saya saja yang tak mampu menarik perhatian mereka (perempuan).

Beberapa perempuan, termasuk mantan, sebenarnya datang silih berganti setahun ini. Dari sekedar teman kencan (offline) hingga sekedar kenalan di dunia online. Tapi tak ada satu pun yang harus diperjuangin. 

Umur sekarang, sangat lelah rasanya jika mengatakan aku cinta kamu harus melakukan banyak pengorbanan. Mengeluarkan uang,  menjemput, mentraktir atau berkata manis layaknya kumbang yang sedang mendekati bunga. 

Logika selalu bermain yang terus merasuki pikiran. Memang pantas? Jika sekedar mengejar fantasi dan imajinasi, mereka tidak layak. Saya hanya butuh yang tepat saja.

Uang masih segalanya, tapi tetap harus nahan diri

Niat besar saya untuk menabung entah kenapa selalu berakhir kurang baik. Tahun ini, tidak pernah saya pikirkan bahwa tabungan saya terkuras bukan karena daya beli dan nafsu saya yang begitu besar. Melainkan tentang keluarga.

Bila sebagai bagian keluarga adalah kewajiban, saya ikhlas membantu. Tapi yang terjadi, keluarga saya sendiri membohongin. Hanya bisa menerima nasib kala duit yang tak seberapa tiap bulan harus cepat menghilang.

...

Kini, cerita bulan baru siap ditulis lagi. Melakukan perjalanan tanpa berpikir apakah akan bahagia atau menderita. Tiap kata yang saya tulis sebagiannya adalah realita. 

Yang saya tahu, menulis adalah cara saya membuat sejarah tentang diri saya sendiri. Selamat Tahun Baru 2023, Saya harap sisa waktu ini banyak mendapatkan rejeki (keuangan, kesehatan, kebahagiaan dan lainnya).

Terima kasih sudah menjadi bagian sejarah saya tahun 2022.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh