Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Dibalik Acara Workshop Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia di Kota Semarang

[Artikel 20#, kategori Dibalik Layar] Dibalik acara? Dibalik layar, eh bingung sendiri. Maksudnya behind the scene gitu. Ada-ada saja. Saya tidak menyangka bahwa keberuntungan datang dibalik kekhawatiran karena pemilik rumah datang di waktu bersamaan. Ada tempat pelarian, tapi juga harus digenggam berbarengan.

Dia, rekan bloger yang sekarang entah apakah masih aktif menulis blog atau sebaliknya, mengabarin sebuah acara dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK). Awalnya mikir DKK, tapi pas baca surat undangannya malah acara Kementerian Kesehatan.

Tentunya, saya pasti akan memutuskan hadir. Secara gitu nilai acaranya sangat besar, apalagi undangan untuk bloger. Sesuatu yang sudah seharusnya.

Kekhawatiran

Saya senang bisa diberi kesempatan menghadiri acara, namun rekan saya ini kasih undangan senangnya mendadak. Dikabarin hari Selasa, Rabu besoknya kudu bisa. Sebagai pemilik blog yang menghabiskan waktu bekerja di rumah seharusnya baik-baik saja.

Namun berbeda kali ini di bulan Desember. Rumah kedatangan para pemiliknya, dan yang datang dalam jumlah besar. Berbeda kedatangan sebelumnya yang bisa dihitung dengan jari. Berasa bicarakan benda?

Keputusan sudah bulat, saya mengambil sikap. Peran saya sebagai bloger mengharuskan saya mengikuti kegiatan bertema workshop yang acaranya berdurasi 4 hari.

Sisi lain, sebagai penghuni rumah saya tetap mengambil peran untuk menjadi setia dengan keadaan. Pergi ke sana kemarin, dari mulai menemani cari makan, antar jemput dan lainnya.

Sebenarnya saya khawatir, bisa maksimal nggak saat acara. Dengan dua peran ini, saya juga berharap tubuh saya baik-baik saja. Saya sudah mengorbankan banyak waktu yang biasanya saya sukai, kesunyian. 

Kehadiran banyak orang di rumah, tentu menggangu kesunyian tersebut. Mau tidak mau, dan hanya ikhlas menjalani tiap jarum jam berjalan.

📸Gambar-gambar ini diambil saat acara hari kedua, Kamis tanggal 8 Desember 2022.

...

Jalanin saja, dulu. Tiap keputusan yang diambil semua pasti memiliki resiko masing-masing, begitu pikiran saya. Entah dampaknya bagaimana, yang jelas saat kesempatan datang, jangan dilepaskan.

Mari mulai kesibukan awal bulan Desember.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya