Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya Menikah Juga

[Artikel 35#, kategori Amir] Andai orang rumah tidak datang, mungkin saya tidak akan menyaksikan pernikahan orang satu ini. Saya turut bahagia dengan momen pernikahannya. Semoga langgeng hingga tua.

Ini kesekian kalinya mengunjungi rumah si pria berkacama bersama orang rumah. Bedanya kali ini dengan dulu adalah rombongannya berbeda. 

Bila dulu, banyak anak mudanya. Kali ini lebih ke orang tua. Pemilik rumah sebenarnya yang meluangkan waktu untuk seseorang yang tidak saya sukai semenjak melepaskan tanggung jawabnya terhadap dotsemarang.

Menghormati keinginan orang tua

Saya tidak tahu apakah harus iri atau malah bangga. Pilihan menikah ternyata lagi-lagi cerita tentang keinginan orang tua. Memang wajar sih, apalagi dengan umur di atas 30 tahun. Siapa tidak menginginkan cucu bagi orang tuanya.

Dengan pekerjaan yang solid dan gaji bulanan yang di atas rata-rata, tidak ada kata mundur karena alam semesta rasanya sudah merestui. Saya pun akan berpikir demikian apabila berada di posisinya.

Karena keinginan orang tua, khusus Ibunya, wanita pendampingnya juga tidak jauh-jauh dari sekitarnya. Ya, wanita itu malah sudah sangat dekat dengan keluarganya. Apakah itu semacam perjodohan?

Mungkin saja, apalagi si pasangan juga bekerja di atap yang sama dengan si Ibu. Pilihan tidak sulit karena karakternya sudah direstui calon mertuanya.

Pria yang jarang 

Diantara pria yang tinggal di rumah (Semarang), mungkin dia adalah pria yang jarang atau berbeda. Saat saya suruh bawa pacar ke rumah, ia tak pernah sekalipun melakukannya. Teman wanita? Tidak, malah yang dibawa teman laki-laki.

Kini, dia sudah duduk di plaminan. Menjadi pria yang paling beruntung di dunia yang melepaskan sisi lajangnya sebagai pengembara.

Saya rasa dia adalah pria dewasa dan setia. Semoga sang istri memperlakukannya sebagai suami yang luar biasa. Dan segera mendapatkan momongan.

📆 24/12/22

...

Dia adalah orang yang baik dan menjadi bagian penting perjalanan dotsemarang. Seiring waktu, ia malah jadi bagian keluarga di Semarang. 

Sayangnya keputusan penting dalam perjalanan karirnya tidak pernah didiskusikan kepada saya yang akhirnya membuat saya kecewa.

Entahlah, perasaan itu tidak menyenangkan ketika membanggakan seseorang. Mungkin karna dia bukan dewa, tapi manusia yang normal memiliki ambisi dan emosi.

Selamat menikah, selamat datang dunia baru dan keluarga kecil. Sehat terus dan terima kasih sudah bertahan hingga sekarang.

Semoga saya secepatnya menyusul (menikah), aminn! 😎

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya