Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Hari Kamis; Meliburkan Diri

[Artikel 109#, kategori futsal] Sempat bimbang karena memikirkan ada perjalanan esok harinya. Mendadak saja hujan memberi pilihan. Yah, Kamis minggu keempat bulan Desember ini, saya tidak bermain dan memilih rehat saja di rumah.

Ini adalah kedua kalinya saya harus absen futsal (tidak main) selama bulan Desember. Entahlah, niat main saya terhalang saat ada pemilik rumah datang (keluarga).

Meninggalkan mereka saat membutuhkan kehadiran saya kadang membuat rasa bersalah. Namun sisi lain, saya harus mengorbankan kesenangan yang sudah konsisten dijalanin. Terkadang, dotsemarang juga ikut jadi korban.

Hujan mendadak

Mau tidak mau jadinya. Mungkin ini yang dikatakan guru-guru pada waktu duduk di bangku Sekolah, jangan mementingkan diri sendiri.

Niat futsal Kamis malam (22/12) sebenarnya cukup besar. Bahkan saya pun sudah mengisi absen kehadiran dengan embel-embel 50%. Itu artinya saya masih berharap untuk pergi.🥹

Apalagi semua aktivitas bareng keluarga juga sudah selesai dan tinggal pergi saja ke lapangan. Namun entah mengapa, jhujan mendadak turun dengan derasnya.

Suhu dingin bercampur rasa lelah setelah seharian menemanin keluarga seolah perpaduan yang pas untuk menggagalkan niat. Saya menyerah dan bersikap pada akhirnya.

Famtrip

Kedatangan pemilik rumah saja sudah buat khawatir, apalagi harus menemanin pergi ke luar kota. Inilah alasan terbesar yang akhirnya membuat saya gagal futsal.

Jumat siangnya, rencananya kami akan ke luar kota. Ada agenda utama yang berkaitan juga dengan salah satu penghuni rumah lainnya yang akan melepas masa lajangnya.

Keluarga tampak antusias sekali. Dan tumbalnya adalah saya yang harus jadi driver untuk mereka. Perasaan seperti ini (ke luar kota), mengingatkan saya dengan kegiatan famtrip yang biasanya dilakukan bareng Dinas Pariwisata Provinsi maupun Kabupaten Semarang.

Bedanya, famtrip kali ini lebih bermakna family trip. Sedangkan famtrip yang biasanya lebih ke promosi wisata beberapa kota di Jawa Tengah.

Rencana famtrip kami minggu ini adalah berkunjung ke Bumi Ayu dan juga ke Jogja. Waktunya agak lama yang membuat saya sedikit gundah gulana.

Meninggalkan kamar (rumah) terasa tidak menyenangkan, terutama untuk pribadi saya yang sudah berumur 30 an. Ya, mungkin kamu sering mendengar saya menulis tentang kesunyian adalah kemewahan. 

Dan hari ini saya meninggalkan kemewahan yang saya agung-agungkan. 

Bismillah, doakan saya diberi keselamatan dalam perjalanan dan kembali ke rumah (Semarang) dengan utuh. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya