Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Hari Kamis; Meliburkan Diri

[Artikel 109#, kategori futsal] Sempat bimbang karena memikirkan ada perjalanan esok harinya. Mendadak saja hujan memberi pilihan. Yah, Kamis minggu keempat bulan Desember ini, saya tidak bermain dan memilih rehat saja di rumah.

Ini adalah kedua kalinya saya harus absen futsal (tidak main) selama bulan Desember. Entahlah, niat main saya terhalang saat ada pemilik rumah datang (keluarga).

Meninggalkan mereka saat membutuhkan kehadiran saya kadang membuat rasa bersalah. Namun sisi lain, saya harus mengorbankan kesenangan yang sudah konsisten dijalanin. Terkadang, dotsemarang juga ikut jadi korban.

Hujan mendadak

Mau tidak mau jadinya. Mungkin ini yang dikatakan guru-guru pada waktu duduk di bangku Sekolah, jangan mementingkan diri sendiri.

Niat futsal Kamis malam (22/12) sebenarnya cukup besar. Bahkan saya pun sudah mengisi absen kehadiran dengan embel-embel 50%. Itu artinya saya masih berharap untuk pergi.🥹

Apalagi semua aktivitas bareng keluarga juga sudah selesai dan tinggal pergi saja ke lapangan. Namun entah mengapa, jhujan mendadak turun dengan derasnya.

Suhu dingin bercampur rasa lelah setelah seharian menemanin keluarga seolah perpaduan yang pas untuk menggagalkan niat. Saya menyerah dan bersikap pada akhirnya.

Famtrip

Kedatangan pemilik rumah saja sudah buat khawatir, apalagi harus menemanin pergi ke luar kota. Inilah alasan terbesar yang akhirnya membuat saya gagal futsal.

Jumat siangnya, rencananya kami akan ke luar kota. Ada agenda utama yang berkaitan juga dengan salah satu penghuni rumah lainnya yang akan melepas masa lajangnya.

Keluarga tampak antusias sekali. Dan tumbalnya adalah saya yang harus jadi driver untuk mereka. Perasaan seperti ini (ke luar kota), mengingatkan saya dengan kegiatan famtrip yang biasanya dilakukan bareng Dinas Pariwisata Provinsi maupun Kabupaten Semarang.

Bedanya, famtrip kali ini lebih bermakna family trip. Sedangkan famtrip yang biasanya lebih ke promosi wisata beberapa kota di Jawa Tengah.

Rencana famtrip kami minggu ini adalah berkunjung ke Bumi Ayu dan juga ke Jogja. Waktunya agak lama yang membuat saya sedikit gundah gulana.

Meninggalkan kamar (rumah) terasa tidak menyenangkan, terutama untuk pribadi saya yang sudah berumur 30 an. Ya, mungkin kamu sering mendengar saya menulis tentang kesunyian adalah kemewahan. 

Dan hari ini saya meninggalkan kemewahan yang saya agung-agungkan. 

Bismillah, doakan saya diberi keselamatan dalam perjalanan dan kembali ke rumah (Semarang) dengan utuh. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh