Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Menikah Di Usia 40 Tahun?

[Artikel 36#, kategori Pria 36 tahun] Seperti mendapatkan pencerahan, pengalaman rekan futsal di akhir bulan Januari kemarin membuat saya yakin dengan tujuan baru saya tentang pernikahan. Menikah di usia 40 tahun, rasanya tidak masalah? 

Waktu sewa lapangan sebentar lagi mau selesai. Keringat yang sudah bercucuran mendadak berdesir kembali karena antusias. Saya tidak menyangka bahwa rekan saya ini baru menikah saat ia berusia 40. Yang mengagumkan, dia mendapatkan pasangan yang berusia 20 tahunan. Sebuah impian 😊

Tujuan baru

Saya gagal menetapkan tujuan menikah di usia 30-an. Padahal saya sangat bersemangat saat berusia 20-an tentang tujuan tersebut.

Dari sisi fisik, saya mampu dan punya pengalaman menyenangkan hati perempuan. Namun seiring waktu, saya semakin sadar. Menikah bukan tentang cinta atau ingin bersama. 

Banyak hal yang diperlukan dan itu membuat saya tidak memiliki kepercayaan diri, terutama sisi finansial. Bukan saja gagal, tapi saya semakin menghindar dari kenyataan.

Sekarang, dengan usia 36 tahun, saya memiliki tujuan baru untuk menikah. Usia 40 tahun rasanya batas maksimal yang bisa saya tetapkan. Bila juga gagal, saya tidak yakin akan bisa menentapkan tujuan baru. Mungkin saya akan menyerah saja dan menikmati hidup dalam kesendirian.

Berusaha

Memang rasanya mengkhawatirkan menikah di usia tersebut. Dari sisi fisik dan umur mungkin sudah terlihat tua. Belum lagi soal wanita yang mau menerima kenyataan bahwa calon suami mereka adalah pria yang dianggap kadaluwarsa. Rela mengenalkan ke keluarga?

Tapi, saat mendengar rekan futsal saya yang bisa melakukannya, saya punya harapan. Saya akan terus berusaha, terutama sisi finansial.

Saya yang hanya mengandalkan diri sendiri, apalagi bukan dari kalangan keluarga kaya, mau tidak mau perjuangannya cukup berat.

Belum lagi keyakinan bahwa saya bukan pekerja yang punya gaji bulanan. Paket lengkap sebenarnya untuk pria yang buruk. 

Namun saya yakin, ada satu wanita yang siap berusaha bersama saya. Entah itu siapa, setidaknya dia adalah wanita. Tentu saja, saya bercanda. Saya masih normal.

...

Begitu perkasa di usia muda,  namun ringkih di usia tua. Doakan saja saya baik-baik saja dan mendapatkan seseorang yang mau mendampingin saya. Toh, percuma hanya mendorong saya menikah tapi tak ada satu pun wanita yang mendekat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun