Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Jalan Kaki ke Lapangan Futsal

[Artikel 171#, kategori futsal] Tidak menyangka dan ini kali pertamanya. Saya akhirnya pergi bermain futsal dengan berjalan kaki. Terbiasa memang karena dulu sering melakukan aktivitas jalan kaki, hanya saja tidak menduga sampai ke titik ini lagi.

Selasa usai Maghrib (29/4), ini adalah jadwal futsal terakhir di bulan April. Sebuah momen yang kelak akan terus diceritakan meski ini bukan prestasi atau skill bermain yang menarik hati.

Saya pergi ke lapangan tanpa membawa sepeda yang mengalami masalah. Di mana masalah itu dari beberapa hari sebelumnya, yaitu saat main futsal hari Kamisnya (24/4).

Rantainya losss... Jadi, jika rantai diputar maka hanya rantainya saja yang berputar. Sedangkan bannya malah nggak. Terpaksa tidak dibawa kali ini dan masih menunggu rejeki untuk dapat memperbaikinya lagi.

5 km

Jarak dari tempat tinggal sampai lapangan kurang lebih 5 km. Jika tidak terbiasa, pasti akan enggan pergi dan berusaha naik ojek online sebagai alternatif. Saya bisa saja naik Ojol, namun lihat isi dompet (termasuk saldo aplikasi), sangat memprihatinkan. 

Anggap saja kali ini tanpa bersepeda sebagai latihan dan nambah porsi olahraga biar badan terus sehat. Dulu, saya menyukai olahraga jalan kaki ini. Jarak 5 km itu malah tidak seberapa. Saya dapat melakukannya lebih dari itu.

Main 3 jam

Selama perjalanan, saya sudah memikirkan ide untuk pulang masih dengan jalan kaki. Karena mikirnya selesai bermain futsal sekitar jam 9 malam, jalanan masih rame bergelimang orang. Jalan kaki tidak masalah dan aman seharusnya.

Namun ide tersebut mendadak bubar karena futsal kali ini ada banyak orang yang datang. Entah karena menjelang akhir bulan, kami bermain sampai lebih 4 tim. Satu tim berisi 6 orang. Itu artinya ada hampir 30 pemain yang berpartisipasi kali ini.

Saking banyaknya, permintaan tambahan waktu jadi solusi untuk mengatasinya. Biasanya hanya main 2 jam, mendadak jadi 3 jam. Waduh, berguman dalam hati.

Pada akhirnya ide pulang jalan kaki tidak terlaksana. Akhirnya saya pulang dengan naik Ojol. Alasannya karena selesai bermain, waktunya sudah jam setengah 11 malam. Sebodoh apa orang yang mau jalan kaki jam segitu dengan kondisi badan yang lelah. Apalagi khawatir ada apa-apa di jalan.

Ya, mau nggak mau saya meminjam uang kepada rekan lain. Kebenaran ongkos naik Ojol hanya 6 ribu rupiah karena ada voucher yang sebelumnya sudah diklaim. Saya beruntung lagi selalu ada orang baik di sekitar, terutama tim futsal.

...

Sejarah baru lagi yang saya ciptakan kali ini dalam perjalanan kisah hidup di tahun 2025. Saya tidak bersedih untuk hal ini. Semua pasti memiliki sebab akibat dan saya, hanya perlu melalui saja seperti biasa.

Sampai jumpa bulan Mei, kawan!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat