Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

9 Bulan : Dapat THR?

[Artikel 14#, kategori Keuangan] Lebaran Idulfitri yang diharapkan ternyata tidak sesuai. Momen bahagia yang dibagikan seakan hanya pemanis bagi yang merayakan. Tertunduk lesu karena harus mencari ide agar dapat terus bertahan hidup dari hutang.

Saya tidak menyangka di umur sekarang masih mendambakan diberi THR atau Tunjangan Hari Raya. Padahal dari segi umur sudah tidak muda lagi dan dianggap mandiri.

Namun kenangan indah masa anak-anak yang begitu menyenangkan ternyata hanya jadi beban di umur sekarang. Saya pikir dapat mengulangnya kembali, ternyata benar-benar seakan disuntik mati. 

Permasalahan lain

Bulan ini sudah berjalan ke-9, beberapa bulan lagi akan genap setahun. Dari sisi kalender masehi, ini pun belum setengah tahun. Tapi perasaan was-was makin mengkhawatirkan.

Gagalnya mendapatkan THR memang sudah diprediksi meski tetap berharap lebih. Saya pasrah dengan keadaan dan terus bersabar sambil mengharap keajaiban.

Saat menunggu, keputusan meminjamkan uang sisa kepada si Bapak akhirnya menjadi bumerang tersendiri saat ditagih.

Ya, orang tua kandung. Ngapain juga ditagih-tagih, toh sampai mati pun tidak akan dapat membalas jasa-jasanya jika melihat persepektif sebagai anak.

Sayangnya persoalan ini tidak sesederhana tersebut. Saya memberikan uang kepada beliau karena ada perjanjian meski tidak ada hitam di atas putih.

Dari awal saya menegaskan untuk mengembalikan sebelum tanggal 10 awal bulan ini. Hasilnya saat ditagih, saya merasa mengulang masa lalu. Alasan yang super panjang dan stop, saya tidak ingin ribet.

Uang yang harus saya bayar cicilan harus kembali, itu saja. Saya tidak bisa melihat hubungan darah ketika saya sendiri sudah kesulitan.

...

Saya berada di 2 sisi berbeda tentang arti kepercayaan. Satu dengan keluarga sendiri dan satunya dengan keluarga yang juga mempercayai saya menjaga tempat tinggalnya.

Saya ingin menjaga kepercayaan tersebut, tapi bagaimana dengan isi perut saya. Pekerjaan saya tidak baik-baik saja dan rasanya sulit bahwa orang terdekat saya kembali yang merusaknya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh