Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pinjaman Baru di Tahun 2025

[Artikel 10#, kategori Keuangan] Babak baru perjalanan saya dengan pinjol baru saja dimulai. Padahal baru dilunasin di awal bulan Februari. Seperti yang saya katakan di artikel sebelumnya, saya ibarat gali lubang tutup lubang. Menghela nafas sejenak.

Saya sangat berhati-hati untuk kali ini. Tidak memakai uang sembarangan meski rasanya juga sulit. Setelah dihitung-hitung, saya punya nafas hanya hitungan kurang dari 5 bulan. Semoga saja ada pemasukan dalam perjalanannya.

Alasan kembali pakai pinjol

Dulu saya bisa beralasan karena musibah. Sekarang rasanya ini adalah solusi dari berbagai kisah-kisah yang dijalanin. Sulit untuk mengakui bahwa aktivitas saya sebagai bloger hanya berdasarkan cinta dan rasa syukur.

Karena ujung-ujungnya, saya tetap butuh uang. Dengan uang, saya bisa makan dan beli paket internet. Fokus saya tahun ini adalah keduanya.

Selain itu, saya sudah tidak dapat subsidi dari rumah yang saya tinggalin seperti yang biasanya berjalan dari tahun 2007 saat menginjakkan kaki di Kota Semarang.

Antara sedih dan mau marah, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Lawong tinggal di rumah sudah gratis dan memakai fasilitasnya juga (seperti listrik, mesin cucui dsb). Anggap saja ini adalah jalan hidup. Terkadang yang terjadi hanya perlu disyukuri saja. 

Tantangan pinjol 

Bulan terakhir tagihan pinjol sebelumnya sebenarnya jadi alasan utama juga karena pemasukan saya yang benar-benar nihil. 

Ketika mengambil pinjaman kembali, saya sudah dihadapkan tagihan-tagihan lain yang ternyata masih ada. Terutama di SPaylater. Itu kesalahan saya yang tidak menyangka pembelian kuota yang dulu masih ada karena menggunakan pembayaran cicilan.

Plus, tagihan bulanan dari iPhone 6s yang juga masih ada. Ponselnya sudah rusak parah dan saya harus menanggung derita pembayarannya. Apesnya.

...

Satu tahun ke depan akan jadi sebuah tantangan besar. Apakah saya bisa menghemat dan berharap ada pemasukan datang dalam beberapa bulan kemudian. Jika tidak, saya terpaksa jual beberapa aset lainnya.

Beberapa orang sepertinya sadar dengan keresahan saya dan mengulurkan tangannya. Sayangnya solusi yang diberikan harus dibayar mahal dengan cara saya melepaskan dotsemarang.

Saya sangat berterima kasih dengan usaha mereka. Ternyata ada yang peduli dengan saya. Namun terpaksa saya menolaknya untuk sekarang. Saya tahu bahwa keputusan saya ini bodoh dan keras kepala.

Tapi, melepaskan dotsemarang setelah upaya saya selama 14 tahun menjaganya, rasanya itu seperti membunuh hasil kerja keras saya selama ini. Ada banyak pengorbanan di sana. Sulit untuk dijelaskan di sini.

Mari berjuang dan saling dukung. Doakan saya bisa terus dilancarkan rejeki dan sehat badannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya