Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo November 2025


[Artikel 157#, kategori catatan] Sebagai pemilik blog yang paling konsisten—sebuah klaim yang kini terasa getir—harus aku akui, akhirnya saya mulai menyerah jika tidak posting sehari sekali. Padahal, bagi saya, konsistensi sudah ibarat sarapan. Tanpa sarapan, tubuh pasti lemas, atau bahkan maag bisa kambuh. Entah badai apa yang menerpa, yang pasti, setidaknya saya masih terus menulis hingga hari ini.

November telah tiba. Lagi-lagi saya telat menyapa awal bulan yang kali ini jatuh pada akhir pekan (Sabtu). Kota Semarang kini resmi memasuki musim penghujan, membuat cuaca sulit diprediksi.

Sampai-sampai, saya berani mengatakan: jangan pernah percaya birunya langit di pagi atau siang hari. Sebab, menjelang sore atau malam, hujan pasti akan turun tanpa kompromi.

Keuangan: November yang Kering

Awal Oktober lalu, saya sedikit beruntung karena ada pekerjaan dari Instagram Dotsemarang yang masuk. Sayangnya, keberuntungan itu tidak terulang di awal November ini.

Saat ini, keuangan saya masih tertolong dari sisa pengaturan pinjaman online yang sudah saya susun sedemikian rupa hingga akhir tahun. Walau begitu, tetap saja saya harap-harap cemas, dan sangat berharap ada pemasukan yang datang sepanjang bulan ini.

Namun, yang paling membuat kepala pusing adalah awal tahun depan. Pengaturan keuangan saya akan habis, sementara tagihan bulanan masih menanti. Saya benar-benar butuh pertolongan dan jalan keluar.

Saya bersyukur ada sedikit uluran tangan dari Bapak (kandung). Sebenarnya, saya sangat tidak ingin membebani beliau dan dicap durhaka di usia yang sekarang masih meminta. Apalagi, pekerjaan beliau hanyalah tukang parkir.

Mau bagaimana lagi, Bapak terkadang suka sok-sokan ingin membantu. Ditambah, masalah pinjol ini berawal dari terlalu memanjakan adik bungsu saya, yang imbasnya kini harus saya tanggung.

Kesehatan: Berat Badan Naik, Rutinitas Berubah

Saya melirik angka timbangan dan mendapati berat badan sedikit naik. Senang rasanya. Tidak ada yang berubah drastis dari menu makanan andalan saya.

Kadang, saya hanya makan sayur pare dan tempe. Sesekali, saya membeli jagung rebus. Menu hemat ini terus saya coba pertahankan hingga satu minggu, walau seringnya selalu gagal di tengah jalan. Setidaknya, dengan membeli lauk seharga Rp7.000, saya bisa makan untuk beberapa hari dengan dua kali makan sehari. Hidup hemat memang tantangan.

Soal olahraga, saya mulai mengurangi bersepeda. Fokus saya kini beralih ke main bola, meski hanya dua kali dalam seminggu. Entah kenapa, rasa malas bersepeda pagi hari mulai datang. Rutinitas itu kini digantikan dengan potong rumput hampir setiap hari.

Asmara: Mimpi Sebelum Usia 40

Saya sangat berharap masih ada kesempatan untuk mendapatkan pasangan hidup sebelum usia saya bertambah menjadi 40 tahun di tahun depan. Begitu tiba di angka keramat tersebut, perasaan saya mulai tidak menentu dan percaya diri ikut turun.

Ditambah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik, rasa percaya diri saya kian menciut. Benar kata MC dalam komik: hanya yang punya uang dan kekuatan yang bisa melakukan segalanya.

Sayangnya, saya tidak berada di fase tersebut. Membayangkan latar belakang saya saja sudah membuat saya tidak percaya diri. Lalu, harus meminta siapa untuk "menambal" kekurangan ini?

Perempuan sekarang juga sudah pandai mencari uang sendiri. "Tak ada uang, abang ditendang." Sebuah lirik lagu yang begitu dipahami oleh para pria, betapa pentingnya uang dalam sebuah hubungan.

Saya bertanya-tanya, apakah ada perempuan di era sekarang yang tidak memikirkan uang atau latar belakang pasangannya? Saya hanya bisa bermimpi tiap menonton drama pendek China: ada perempuan kaya yang datang, mengajak menikah, dan tinggal bareng. Mencari jodoh memang sulit.

...

Selamat datang, bulan November. Tidak muluk-muluk harapan yang ingin saya sematkan. Biarkan saya tetap sehat, dan terus bahagia. Lebih dari itu, tolong berikan saya uang, ketimbang menyuruh saya ganti pekerjaan.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca curahan hati saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh