Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bercerai

[Artikel 21#, kategori keluarga] Rasanya kepulangan waktu itu adalah kesia-sian belaka. Tak ada hujan atau badai, kabar yang disembunyikan awalnya terdengar juga akhirnya. Pasti tidak mudah mengambil keputusan itu. Andai saya ada di sana.

Seseorang sudah mengambil langkah lebih awal dari mereka yang masih berjuang. Sayangnya, langkah tanpa kematengan adalah sikap terburu-buru yang berdampak buruk.

Bahkan, keputusan yang diambil tidak mengindahkan perasaan orang-orang yang berada disekitarnya. Seolah patung, tak mendengar atau pun melihat.

Perjodohan

Kata perjodohan sempat saya benci kala orang tua menyodorkan pilihan wanitanya kepada saya. Namun sekarang, rasanya saya menginginkannya. Bukan saya tak mampu, hanya saja ada rasa percaya diri yang hilang kala berpikir ke jenjang pernikahan.

Itu yang terjadi pada seseorang yang ingin saya banggakan. Kepulangan waktu itu hanya untuk demi memberi restu kepadanya yang mendadak mengabarkan akan segera menikah.

Tentu saya pulang karna ingin memberikan kebahagiaan yang lebih lengkap kepadanya. Saya sama sekali tidak mengerti mengapa mendadak akan serius bersatu dalam mahligai. Padahal saya tak pernah sekali pun mendengar kabar kapan mereka berpacaran.

Ya, itu yang saya khawatirkan. Niat baik orang tua yang seharusnya menjadi kebahagiaan, hanya memberi tekanan kepadanya. Dia belum siap tentang perjodohannya.

Bercerai

Ditinggalkan selama masih pacaran saja sudah menyedihkan, bagaimana ditinggalkan karena perceraian. Meski itu hanya sebentar dan ada banyak kepentingan, bercerai itu menyedihkan.

Saya tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. Andai saya yang mengalami, saya akan berusaha berpikir 10 kali sebelum mengambil keputusan. Tidak, 1000 kali mungkin.

Saya merasa seperti pecundang tiap kali ditinggalkan oleh bayangan masa lalu saya, sebaik apapun usaha saya. Meski saya merasa menderita, pilihan mereka pergi meninggalkan saya juga adalah keputusan terbaik tentunya.

Mereka, barisan para mantan, sekarang pasti bahagia dengan pasanganya masing-masing. Tidak seperti saya yang hanya bisa berkhayal lewat tulisan dan mengenang kisah-kisah indah bersama mereka di masa lalu.

...

Jika waktu bisa diulang kembali, saya ingin bicara kepadanya bahwa keputusannya memang tanggung jawabnya. Namun akan ada banyak perasaan yang ikut sedih. Ceritakan kepada saya, apa masalahnya. Bukan mendadak langsung berkabar dengan bangga bahwa sudah berpisah.

Saya adalah laki-laki yang bukan saja gagal dalam menjalin hubungan tapi sebagai saudara dan keluarga. Di dalam komik, mungkin saya bisa disebut sampah. Karena tidak berguna.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh