Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo Juni 2022

[Artikel 104#, kategori catatan] Ternyata sudah satu tahun berlalu semenjak saya pulang kampung. Kondisinya mirip, maksudnya suasana di rumah Semarang yang sedang ramai sekarang dan setahun lalu. Hanya saja, bulan ini jadi lebih berat karena masalah keluarga. Entahlah, apakah saya sanggup hingga akhir?

Awal bulan Juni, Kota Semarang sudah disapa dengan hujan sore harinya. Saya pikir, bulan Juni akan lebih terang benderang setiap hari. Oh ya, tanggal 1 Juni diperingati Hari Lahir Pancasila. Orang-orang yang bekerja di instansi pemerintahan maupun swasta mendapatkan libur satu hari.

Pria tidak akan berubah

Berapa lama pun tidak bertemu, bahkan tidak berbicara, sikap pria (di sini orang-orang yang saya kenal) tidak akan pernah bisa berubah. Saya mengalaminya itu.

Terlebih sesuatu yang berhubungan dengan kesenangan seperti begadang, minum atau merokok. Wajar saja memang, namun bagaimana dengan yang sudah berkeluarga. Saya harap bila di masa depan akhirnya saya menikah, bisa mengubah sikap buruk saya.

Menanggung hutang

Saya tidak pernah menyangka berada diposisi ini sekarang, menanggung hutang. Padahal saya berusaha konsisten menabung untuk masa depan yang dirasa masih sangat suram dan sekarang, saya harus disuruh membayar untuk apa yang tidak saya lakukan.

Tanggung jawab sebagai anak tertua hari ini menjadi beban kala sang adik terjerat hutang berkepanjangan. Entah kenapa generasi Z yang dianggap luar biasa bagi orang pemasar, dalam kenyataannya adalah beban.

Di sini, bukan melimpahkan ke semua generasi Z, maksud saya tentang adik saya. Entah kenapa sifat kompetitifnya kalah dengan beban yang diterimanya. Mudah menyerah, tidak punya ide karena terlalu khawatir dan sulit maju. 

...

Bulan Juni, apakah saya baik-baik saja? Saya harap demikian. Perjalanan masih panjang (29 hari). Saya butuh uang, tapi saya juga ingin kenyamanan (bloger). Semoga kami semua diberikan kemudahan untuk setiap apa yang dikerjakan. Dan tentu, dibukakan pintu rejeki seluas-luasnya. Amin

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh