Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo Juni 2022

[Artikel 104#, kategori catatan] Ternyata sudah satu tahun berlalu semenjak saya pulang kampung. Kondisinya mirip, maksudnya suasana di rumah Semarang yang sedang ramai sekarang dan setahun lalu. Hanya saja, bulan ini jadi lebih berat karena masalah keluarga. Entahlah, apakah saya sanggup hingga akhir?

Awal bulan Juni, Kota Semarang sudah disapa dengan hujan sore harinya. Saya pikir, bulan Juni akan lebih terang benderang setiap hari. Oh ya, tanggal 1 Juni diperingati Hari Lahir Pancasila. Orang-orang yang bekerja di instansi pemerintahan maupun swasta mendapatkan libur satu hari.

Pria tidak akan berubah

Berapa lama pun tidak bertemu, bahkan tidak berbicara, sikap pria (di sini orang-orang yang saya kenal) tidak akan pernah bisa berubah. Saya mengalaminya itu.

Terlebih sesuatu yang berhubungan dengan kesenangan seperti begadang, minum atau merokok. Wajar saja memang, namun bagaimana dengan yang sudah berkeluarga. Saya harap bila di masa depan akhirnya saya menikah, bisa mengubah sikap buruk saya.

Menanggung hutang

Saya tidak pernah menyangka berada diposisi ini sekarang, menanggung hutang. Padahal saya berusaha konsisten menabung untuk masa depan yang dirasa masih sangat suram dan sekarang, saya harus disuruh membayar untuk apa yang tidak saya lakukan.

Tanggung jawab sebagai anak tertua hari ini menjadi beban kala sang adik terjerat hutang berkepanjangan. Entah kenapa generasi Z yang dianggap luar biasa bagi orang pemasar, dalam kenyataannya adalah beban.

Di sini, bukan melimpahkan ke semua generasi Z, maksud saya tentang adik saya. Entah kenapa sifat kompetitifnya kalah dengan beban yang diterimanya. Mudah menyerah, tidak punya ide karena terlalu khawatir dan sulit maju. 

...

Bulan Juni, apakah saya baik-baik saja? Saya harap demikian. Perjalanan masih panjang (29 hari). Saya butuh uang, tapi saya juga ingin kenyamanan (bloger). Semoga kami semua diberikan kemudahan untuk setiap apa yang dikerjakan. Dan tentu, dibukakan pintu rejeki seluas-luasnya. Amin

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat