Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tantangan Akun Asli Twitter

[Artikel 14#, kategori Twitter]  Minggu malam (12 Juni) kemarin, saya ngepost tweet tentang kerugian akun asli karena sudah dibranding dengan maksi (maksimal maksudnya). Kira-kira, kamu tahu kenapa saya nge-tweet begitu?

Semenjak akun berbasis base saya follow, tanpa sadar sering kali saya mencuri-curi klik atau ikut komentarin. Sesuatu yang tidak saya lakuin 5 tahun belakangan.

Keuntungannya, followers saya nambah. Sesuatu yang sudah sulit untuk dilakukan akhir-akhir ini. Apalagi eranya terus berganti.

Meski itu kabar baiknya, ada sisi nggak baiknya juga. Hasrat untuk terlibat lebih banyak seperti yang saya tulis di atas (klik atau berkomentar).

Tantangan

Citra atau branding yang sudah dibangun mau tidak mau ikut berdampak. Saya jarang mengambil bagian percakapan apabila tidak kenal atau mengikuti akun-akun yang nggak jelas.

Karena keharusan untuk saling follback, semacam peraturan tidak tertulis, saya harus melihat linimasa saya sekarang banyak bertebaran akun tanpa foto asli atau akun kedua.

Selain itu, jejak-jejak mereka terkadang sangat personal sekali. Mulai dari umpatan, sedih, bahagia hingga kata-kata yang biasanya tidak saya sukai, kini jadi pemandangan biasa.

Terkadang, saya waswas sendiri karena banyak rekan-rekan yang saya kenal baik secara pertemanan maupun profesi ada di linimasa saya.

Algoritma Twitter menambah derita ketika hanya mengklik suka, maka tweet utamanya ngikut ke linimasa pengguna lain. Saya di sini benar-benar jatuh dimata orang-orang.

Buat akun kedua?

Sementara saya tidak berencana, karena akun yang saya kelola juga sudah lumayan banyak. Saya harus siap dengan konsekuensi dari apa yang saya perbuat.

Saya memang sudah harus turun gunung atau maksudnya mengikuti perkembangan era media sosial. Di mana akun base sekarang cukup banyak juga yang melintas. Baik berbasis kota, Sekolah, kampus hingga tema-teman tertentu.

...

Branding? Sialan, baru sekarang kena dampaknya. Semoga orang-orang yang mengenal saya tetap melihatnya sebagai manusia yang terkadang tidak luput dari salah. Saya hanya mencoba sesuatu yang berbeda saja.

Mohon maafkan saya bila tidak lagi sesuai ekspetasi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun