[Artikel 17#, kategori Kofindo] Film Indonesia terus berkembang saat ini, bukan saja dari jumlah penontonnya tapi juga kualitas film-filmnya. Saya sangat bangga berada di momen ini. Apalagi Semarang khususnya. Mungkin ini saatnya saya beristirahat sejenak dari rutinitas nonton film. Saya berhenti pada waktu yang tepat.
Tahun 2012, Kofindo lahir. Tepatnya pada bulan April. Ada rasa gelisah yang menjadi landasan kuat untuk mengumpulkan orang-orang yang peduli terhadap film Indonesia khususnya di Semarang. Saya baru dapat artikel di
website Jateng Tribun, yang isinya tentang Kofindo dan foto-foto kami pada awal-awal.
Kondisi yang tak bisa dipaksakan lagi
Sudah hampir 5 tahun Kofindo berjalan. Dari yang rame-rame hingga saya sendirian. Dari yang awalnya komunitas, kini hanya personalitas saja. Begini penyakitnya komunitas memang, jadi jangan heran ketika ada orang yang bertahan sendirian sedangkan yang lain sudah tidak bersamanya.
Mulai awal Februari ini, saya mengumumkan diri untuk tidak lagi pergi ke bioskop. Kondisinya sudah tidak memungkinkan terutama dompet yang tidak konsisten. Saya malu harus bilang bahwa saya kesulitan. Dan juga saya ingin mengalihkan ke sesuatu yang lebih penting.
Kondisi bioskop terus konsisten ramai
Dulu kondisinya masih tidak sebagus sekarang. Maksudnya untuk ketertarikan masyarakat yang menonton film Indonesia di bioskop. Dulu film luar mendominasi, makanya saya gelisah ketika film Indonesia ditonton 2-3 orang tiap pekannya.
Sekarang bisa kita lihat, kondisinya bisa luar biasa. Apalagi film favorit para generasi remaja. Antrian bisa panjang 1 km (beh lebay deh).
Film Sekarang sudah cerdas mengemas iklan (pemasaran)
Media sosial memang sangat membantu promosi sebuah film. Tak heran, segmen remaja sebagai generasi yang melek teknologi selalu tertarik dengan film-film Indonesia.
Genarasi yang disebut Z ini paling dominan saat ini menguasai antrian. Jangan sepelekan mereka, karena mereka, film Indonesia terus berimprovisasi mencari sesuatu yang berbeda, khususnya pemasaran.
Semakin beragam tema
Semua orang sekarang punya rasa peduli mendalam terhadap film Indonesia. Maka tak heran, Presiden Jokowi pun sering nonton film Indonesia.
Film Beristirahatlah Kata-kata sukses menarik perhatian yang seharusnya bila kembali ke beberapa tahun lalu, film ini bakal tidak menarik.
Masyarakat sekarang begitu peka terhadap tema yang diangkat. Maka ketika temanya menarik, orang yang tak pernah ke bioskop selama ini, tiba-tiba duduk manis di depan layar teater yang sedang diputar.
..
Tidak menyenangkan memang ketika kebiasaan harus dirampas. Tapi karena kondisinya baik-baik saja dan saya yang tidak baik, saya harus memilih. Banyak orang sekarang menulis review film, setidaknya ada banyak orang yang peduli.
Entah sampai kapan saya mengambil libur nonton. Namun kalau pergi ke bioskop, saya selalu usahakan, mengingat pergi ke bioskop tak perlu uang untuk membayar.
Jadi ke depan, saat membuka blog dotsemarang jangan heran postingan kategori film Indonesia sudah tidak ada review filmnya lagi.
Terus semangat Film Indonesia!
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar