Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Duh, Pria yang Terbiasa Nonton Film Porno Memiliki Tingkat Kepuasan Seksual yang Rendah


[Artikel 7#, kategori Seks] Sebenarnya saya ingin membagikan artikel di media sosial, tapi takutnya keburu saya yang malah dipersepsikan bahwa saya sering nonton film Porno meski kenyataannya memang pernah nonton. Artikel ini menarik, dan mungkin berguna buat para pria yang ingin mengetahuinya.

Sebelum membaca lebih jauh, ketahui dulu bahwa artikel ini diambil dari situs intisari-online.com yang dipublish hari jumat, 17 Februari 2017. Ini hanya semacam salam pembuka agar kamu tidak menduga-duga soal saya yang sering nonton film dewasa.

Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa pria yang terbiasa menonton film porno memiliki tingkat kepuasaan seksual yang rendah. Banyak hal yang menjadi penandanya.

Menikah jadi berkurang

Apakah ini benar, mengingat saya tak berpikir demikian. Saya malah mau menikah meski pernah menonton film dewasa. Namun tidak bisa buru-buru juga meski umur saya sudah tidak muda lagi.

Menurut penelitian dari Institute for the Study of Labor di Jerman, keinginan orang untuk menikah jadi berkurang. Bagi para responden, buat apa menikah kalau ia bisa mengakses internet dan mendapatkan pengalaman seksual sesuai keinginan?

Apa yang ditampilkan di film porno memang tak bisa dibandingkan dalam kehidupan nyata. Namun, otak manusia yang sudah begitu terpapar pornografi ternyata tidak bisa begitu saja memisahkan pornografi dari realita.

Studi baru yang diterbitkan di jurnal Archives of Sexual Behavior mendapati bahwa pria yang rutin menonton film porno cenderung membayangkan adegan-adegannya saat bersama pasangan. Apa yang kerap dilihat di film seringkali mewarnai harapan-harapan pria pada pasangan yang sesungguhnya. Padahal, pasangan tidak selalu berhasil mengalami kesenangan yang sama.

Untuk membuktikan hal tersebut, Chyng Sun, pemimpin studi ini pada Yahoo!Health, mensurvei 487 mahasiswa usia 18-29 tahun mengenai kebiasaan mereka mengakses pornografi dan kehidupan seksual mereka yang sesungguhnya. 

Dari situ ia mendapati, semakin pria sering menonton film porno, semakin sering mereka menuntut aksi-aksi ala film porno pada pasangan. Mereka juga dengan sengaja meniru adegan-adegannya agar bisa tetap ereksi dalam kehidupan seksual yang nyata.

"Pornografi bukan lagi sebuah fantasi, karena pria betul-betul membawanya ke dalam kehidupan seksualnya," ujar Sun, seperti dikutip dari tabloidnova.com.

Kaum pria lalu cenderung memelajari apa pun dari skenario film itu. Pornografi pun menjadi pendidikan seks paling penting, khususnya bagi orang-orang muda. Apa yang mereka harapkan terjadi di kamar tidur adalah apa yang mereka lihat di internet.

Masalahnya, aksi para pemain di film porno seringkali sangat agresif, seperti memukul bokong, meremas payudara dengan kasar, dan tentunya mengeluarkan suara-suara rintihan. "Hal-hal semacam ini dianggap menyenangkan, bukan saja oleh pria tapi juga wanita," tambah Sun.

Bisa dibayangkan bagaimana reaksi pria ketika mendapati pasangannya di dunia nyata tidak merespek aksi semacam itu, merasa direndahkan, atau tidak dapat menikmatinya sama sekali. 

Ada jurang antara apa yang ingin mereka lakukan, dan apa yang dapat mereka lakukan. Itu sebabnya, kebiasaan nonton film porno mengurangi kepuasan kehidupan seksual pria.

Lalu, mereka akan mencari wanita yang mau melakukan aksi-aksi tersebut. Hasrat untuk aksi pornografis lalu mengalahkan keintiman dari sesi bercinta yang diharapkan kaum wanita pada umumnya. 

Para pecandu film porno pun tidak lagi membutuhkan pelukan, ciuman, dan belaian. Sebab, hal-hal itu menjadi tampak membosankan bagi mereka.

"Mereka merasa dibatasi," ujar Sun. "Pornografi itu melibatkan ribuan wanita yang berbeda, bukan hanya pasangan Anda."

Sumber original klik di sini.
Gambar : loop.co.id

...

Saya harap saya tidak menjadi bagian dari penelitian tersebut. Semoga saja, kamu yang baca ini terutama pria tidak termasuk juga. Report jadinya kalau ini terjadi. Kurangi nonton film porno meski saya tahu itu sulit.

Setidaknya informasi ini mengingatkan kita sebagai pria bahwa jangan terlalu sering menonton yang akibatnya bisa berdampak fatal yaitu, tidak ingin menikah.

Nonton sesuai kategori umur tidak masalah, yang masalah adalah membayangkan yang enggak-enggak sampai melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh