[Artikel 36#, kategori Motivasi] Jika anda berbicara mengenai karakter yang tepat, mengenai seseorang yang ingin menjadi pemimpin, ingin memikul tanggung jawab, yang amat percaya diri, ada penalti di menit akhir dan mereka siap untuk melakukannya - Mourinho.
Dengan berat hati awal bulan ini saya membuat banyak orang 'mungkin' sakit hati. Saya yang lebih suka terang-terangan memang tak pantas dihargai. Apalagi dengan sikap tegas tanpa pandang bulu.
Ya, jujur saya berat untuk mengatakan bahwa apa yang sudah dibangun ingin saya bubarkan. Aneh, ada orang seperti saya di dunia ini. Karena alasan sederhana, masih trauma dengan perlakuan dotsemarang, saya ingin menemukan orang-orang yang berkarakter. Ternyata tidak ada. Meski ada pun, itu lebih karena rasa nyaman saja.
Belajar dari Mourinho
Mungkin masih ada yang belum tahu siapa Mourinho. Oke, tidak masalah. Beliau adalah pelatih Manchester United yang ditunjuk musim kemarin. Saya sudah menjadi pengagumnya saat beliau membangun Inter Milan dengan berbagai prestasi pada waktu itu.
Saya mengikutinya hingga ke Real madrid dan kemudian MU. Saat di Chelsea, saya tetap mengaguminya namun tidak mendukungnya. Soalnya kecintaan saya terhadap MU sudah tidak ada batasnya.
Dalam laman yang saya ambil dari bola.net (31/1/2017), Mourinho menekankan pentingnya pemain berkarakter dalam sebuah tim. Karena ketika tim tertinggal 1-0, ada pemain yang punya keinginan menang, ia akan bertanggung jawab dan punya rasa percaya diri, meski ia sedang merasa cedera.
"Jika saya bisa memiliki 11 pemain dengan karakter seperti itu, saya akan langsung menurunkan mereka semua!"
Sikap ini yang dibutuhkan dan saya inginkan pada setiap orang yang berada disekitar saya, khususnya yang sudah saya bangun dengan intens.
Saya tidak mau lagi terjebak dengan masa lalu ketika semua bisa dilakukan ketika ada 1 orang bergerak, yaitu saya. Ketika saya diam, semua ikut diam. Mungkin itu wajar, tapi saya tidak suka.
Tiap orang punya alasan dan argumen sendiri tentang rasa kenyamanan dan sikap terhadap situasi yang dialami. Tapi bukan itu yang saya pahami.
Apa yang sudah dibangun kurang lebih 1 tahun, seharusnya sudah memupuk rasa cinta dan kasih sayang dalam kebersamaan. Ketika itu tidak ada, tiap orang seharusnya merasa ada yang kurang. Apakah kita perlu merencanakan sesuatu bulan ini.
Ternyata tidak. Argumen dan sikap pribadi ternyata mengalahkan yang namanya sikap saling mencintai. Apakah ini salah mereka karena tidak berkarakter seperti yang diinginkan Mourinho. Atau ini salah saya, dan juga Mourinho, karena si pemain punya alasan sendiri dan minta dimengerti.
...
Saya tidak ingin terjebak di masa lalu dan bertanggung jawab terhadap yang sudah berlalu. Karena masih awal tahun, pikir saya adalah meninggalkan dari sekarang agar tidak sakit belakangan.
Memang yang saya bangun bukan sebuah ikatan resmi. Tapi belajar dari yang sudah resmi seperti organisasi maupun komunitas, yang seperti itu saja bisa ditinggalkan. Saya berharap ada orang yang bisa mengobati saya soal ini.
Semua orang bisa dilihat menjadi baik, tapi tidak semua orang dapat berbuat baik. Memiliki sikap berkarakter itu artinya sikap yang mau bertanggung jawab, tidak ingin kehilangan atau kalah meski hasil akhirnya mengecewakan. Orang ini tidak akan mencari alasan pada dirinya untuk membandingkan kepada sikap yang diinginkan banyak orang untuk kepentingan bersama.
Maafkan saya untuk selalu bersikap membawa perasaan yang sepertinya memang usia sangat berpengaruh. Mourinho hanya ingin pemainnya tidak mudah menyerah dengan berbagai alasan seperti merasa cedera dan malas bertanding.
Sedangkan saya, hanya ingin melihat orang disekitarnya berani mengatakan bahwa ayo tetap semangat, kalau saya nggak bisa, biar kami saja yang bergerak. Karena kami tahu, membangun itu tidak mudah.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar