Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Personal Branding : Masukkan Aktivitas Positif dan Prestasimu


Masih ada sebagian orang yang hidup di era media sosial dan menjawab tidak punya pekerjaan, sekedar sebagai pengguna. Entah apakah kamu juga salah satunya. Yang pasti dan saya yakini, semua itu berasal dari diri sendiri untuk mengubah atau diubah.

Mengatakan sesuatu yang sering dilakukan sekitar memang sangat mudah. Tapi tidak dengan sebagian orang yang masih meraba-raba informasi yang kita berikan. Media sosial pun digunakan sekedar bisa dikatakan bahwa saya punya.

Istilah Personal Branding (PB) apakah ini masih awam ditelingamu? Beberapa tulisan saya tentang PB sebenarnya sudah beberapa saya publish, lihat diakhir tulisan, bila kamu masih bingung dengan istilah ini. PB sangat penting di era sekarang, khususnya buat kamu generasi millenial dan Z yang aktif dalam berbagai kegiatan maupun media sosial.

Belum bekerja dan masih bingung

Sebagian dari kamu harus bersyukur bahwa kamu sudah bekerja saat ini. Entah apakah kamu suka atau tidak di tempat kerjamu, sebagian orang yang tidak bekerja berharap bisa bertukar denganmu. Tidak bekerja itu tidak enak, apalagi mikir pengeluaran dan sudah berkeluarga.

Awal November, saya bertemu seorang kenalan di Gedung Wanita Semarang yang sedang menggelar pameran buku. Waktu itu saya mengikuti kelas Akademi Berbagi Semarang hingga selesai.

Setelah puas berkeliling di area pameran buku, perjalanan menuju dimana saya menaruh sepeda saya berpapasan dengan kenalan yang tadi saya ceritakan di atas.

Obrolan kami mengarah pada sesuatu yang mungkin tidak mengasyikkan baginya. Tentang pekerjaan yang belum bisa didapatkan olehnya. Saya tentu hanya bisa mendengarkan.

Akhirnya kami memutuskan saling mengikuti di akun Instagram, meski saya berharap bahwa yang saya ikuti seharusnya perempuan. Tapi tak apalah, membangun jaringan itu punya banyak kebaikan.

Tiba-tiba saya teringat bagaimana membangun citra atau PB di media sosial, terutama Instagram. Tips saya di artikel bawah nanti sudah saya publish bagaimana membangun PB lewat Instagram.

Kenalan saya ini, saat saya lihat di akun Instagram-nya, memang hanya sekedar pengguna atau pemakai. Maka wajar bila ia mengatakan bahwa ia jarang aktif, sehingga gambar-gambar yang diunggah isinya sembarangan dan nggak jelas.
Ini harus diubah, kata saya.
Kamu harus membangun personal branding-mu di Instagram.
Saya mencontohkan seseorang yang bisa dikatakan populer di Semarang, memanfaatkan Instagram sebagai media promosi dirinya atau bisa disebut PB.

Saya melihat persamaan keduanya yang sama-sama ahli di bidang publik speaking. Mengapa tidak mencontoh yang sukses dan baik saja kalau gitu, seperti orang yang saya tunjukkan akun Instagram kepada kenalan saya tersebut.

Instagram menurut saya akhir-akhir ini sangat luar biasa. Termasuk untuk menjual diri, dalam artian menampilkan aktivitas dan prestasi. Meski kadang-kadang masih ada aja yang menyelipkan kegalauan agar banyak yang memberi love.

Mulailah menghargai diri sendiri dengan menampilkan wajah semenarik mungkin di foto profil. Jangan pasang foto yang lain, mengingat Instagram merupakan KTP dunia maya-mu.

Memang ada sebagian pengguna yang masa bodoh dengan foto profil. Tapi kita sedang bicara membangun atau menjual diri di media sosial untuk personal. Yang tujuannya agar nilai jual kita terhadap pekerjaan lebih berharga dan lebih luas.

Upload foto-foto segala aktivitas yang berhubungan dengan konsenmu, seperti MC, bloger, fotografi, dan sebagainya. Sesekali boleh mengupload hal lain agar nuansa feed instagrammu lebih menarik dan tidak dikatakan terlalu percaya diri.

Dari sini, orang-orang akan menghargaimu dan menghubungimu. Ada keberuntungan dalam perjalanannya, namun menurut saya, kamu sudah selangkah lebih maju dari sebagian orang yang masih merasa kurang berguna dalam hidupnya.

...

Cara terbaik untuk melepaskan kegalauan adalah menulis. Perhatikan medianya, bila kamu memanfaatkan Instagram yang banyak menghubungkan dunia, maka kamu ingin sekali dunia tahu tentang dunia kecilmu.

Instagram lebih dari sekedar dunia kecilmu. Aplikasi tersebut mampu membuatmu percaya diri, terhubung dengan banyak orang, komunitas, penduduk dunia dan bahkan sesuatu yang tidak kamu kira.

Galilah lebih dalam tentang potensi dan informasi yang menurutmu kurang kamu dapatkan akhir-akhir ini. Semua kembali lagi pada dirimu sendiri. Apakah kamu hidup di lingkungan yang itu-itu saja, atau berkumpul dengan berbagai orang yang lebih banyak memberimu inspirasi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun