Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Barbershop Favorit Mendadak Naikkan Harga Pangkasnya

Selalu ada saja alasan untuk menjadi tidak menyenangkan saat merasa sudah nyaman. Saya pikir, sudah menetapkan hati karena kualitasnya membuat gaya rambut saya terlihat lebih baik. Sayangnya, mereka tidak melihat orang yang datang ke tempat mereka sebagai pelanggan. Lalu, apa?

Bicara bisnis, menaikkan harga karena ada permintaan yang banyak adalah hal biasa. Wajar, mungkin saja. Seperti rasa percaya diri karena dipikir mereka akan selalu dicari.

Tidak masalah awalnya

Saya ingin menempatkan diri saya sebagai pelanggan yang setia dan percaya bahwa di tempat tersebut adalah pilihan terbaik. Tidak masalah seperti gimana tempatnya atau karakter orang di dalamnya, toh hasilnya adalah keputusan yang juga sebagai penentu.

Pertama kali melihat harga promo masih 20 ribu, saya langsung klop. Apalagi melihat suasananya yang tidak cukup besar dan hanya mengandalkan rumah sebagai tempat bisnis.

Di dalamnya, banyak anak muda yang umurnya mungkin berada di bawah saya. Atau di atas saya, tidak jauh pastinya. Di usia mereka, saya angkat topi karena sudah bekerja dan menghasilkan uang.

Beberapa bulan kemudian, tarifnya naik. Perlahan tapi pasti, tidak begitu jauh waktu naiknya, mendadak saja harganya mirip dengan bisnis yang sudah punya nama dan banyak cabang.

Awalnya saya merasa tidak masalah. Toh, anak muda perlu didukung. Menunjukkan keseriusan mereka melayani pelanggan dan tidak membuang waktu saat di usia mereka yang seharusnya bersenang-senang.

2 bulan sekali

Karena harganya sudah begitu tinggi untuk ukuran saya, mau tidak mau sikap saya berubah. Dari yang awalnya mendukung, sekarang menjadi limbung. Hmm..limbung itu apa ya? Semacam terombang-ambing sepertinya.

Mereka tidak salah dalam sisi bisnis menaikkan harga. Yang jadi masalah adalah tipe konsumen atau pelanggan yang menginginkan harga murah tapi kualitas bagus. Ini yang ribetnya.

Pelanggan seperti saya ini yang mengikuti mereka dari harga promo, lalu naik dan naik, terasa membebani. Jika harganya mirip dengan merek sebelah yang sudah punya nama, mengapa saya tidak pergi saja.

Toh, yang diinginkan tidak begitu banyak untuk memangkas rambut. Apalagi gaya rambut saya itu-itu saja. Kenapa jadinya dihantam rata.

Akhirnya saya berdamai dengan diri sendiri sambil menunggu atau mencari-cari tempat lain sebagai alternatif. Bila jadwal pangkas rambut saya sebulan sekali biasanya, kali ini terpaksa diputuskan 2 bulan sekali.

Alasannya sederhana, saya ingin menghemat pengeluaran saya yang pendapatannya tidak seberapa. Perasaan sudah nyaman dengan merek tertentu untuk menggantinya rasanya sukar sekali. Tapi, keadaan keuangan memaksanya begitu. 

...

Saya mengerti mereka juga ingin berkembang dan maju. Namun caranya menaikkan harga yang sangat berdekatan waktunya itu tidak mengasyikkan. Apalagi saya sudah bertahun-tahun memakai jasa mereka.

Saya kira, hanya wanita yang perasaannya mudah berubah. Ternyata bisnis pun demikian. Tidak peduli seberapa loyalitas seseorang, karena pada akhirnya mereka pergi begitu saja. Semua ingin jadi lebih baik dan saya adalah bagian dari proses perjalanannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh