Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Agar Bisa Konsisten, Kamu Perlu Berkomitmen dan Bertanggung Jawab


[Artikel 45#, kategori motivasi] Banyak orang berkata ingin konsisten. Yang terjadi, mereka pergi tanpa kembali dan hanya berkata di awal-awal saat mereka sangat bersemangat. Begitu sulitnya menjaga konsisten tersebut, saya pun mengakuinya hingga sekarang.

Hari kedua di bulan Oktober. Waktunya saya merapikan rambut saya yang masih menyukai gaya ala-ala Korea (meski saya tidak pernah memikirkan model rambut mereka). 

Potong rambut di salon pria seperti di atas sekarang ini harganya lumayan naik. Dulu pada waktu pertama buka, harganya cuma 20 ribu. Sekarang menjadi 23 ribu. Dalam bisnis, konsisten harga tidak diperlukan saat mereka naik daun.

Ingin konsisten, maka berkomitmenlah

Terkadang saya melihat isi blog dari bloger lain saat ia tiba-tiba menjadi orang bijak yang berkata bla-bla atau datang ke sebuah event yang biasanya tidak pernah datangin. Apa kriteria ia mau datang dan bagaimana ia bisa dipilih? Hanya punya blog?

Semarang hari kedua yang masih diselimuti hujan memang memberi pikiran-pikiran tajam tentang orang-orang seperti ini. Saya bukan membenci atau tidak suka. Tapi cobalah konsisten, karena ketahuan betul tujuan dan maksud yang ingin dicapai kalau begitu. Kalau sudah begini, jangan salahkan orang-orang berpandang negatif.

Mengatakan saya ingin konsisten sangatlah mudah. Mau tahan berapa lama? Seminggu, sebulan atau beberapa bulan? Setelah ada masalah, kehilangan minat, semakin sibuk, orang-orang yang ingin konsisten berubah kembali orang-orang yang dulu sebelum mengatakannya.

Bila gagal menjaga konsisten, boleh saya saranin agar kamu sebaiknya membuat komitmen. Dengan berkomitmen, semisal gagal kamu kena denda, kamu bisa bersemangat kembali meneruskan konsistenmu.

Dan bagian akhir dari konsisten ini setelah berkomitmen adalah bertanggung jawab. Kita harus bertanggung jawab atas apa yang telah kita mulai, perbuat dan sudah dilakukan. 

Saya waktu membeli sepeda, tujuannya agar memiliki kendaraan yang tidak dipinjam sana-sini karena sepeda motor saya saya pinjamkan kepada teman saya.

Saya berkomitmen untuk terus bersepeda tak hanya untuk sekedar menyehatkan badan. Saya bertanggung jawab bagaimana sepeda ini agar dalam kondisi yang baik. Kadang tanpa saya prediksi, ada saja yang rusak, seperti ban bocor, pedal yang kehilangan keseimbangan dan sebagainya.

Saya bertahan hingga sekarang karena berpegang teguh pada hal tersebut. Saya belajar konsisten dari aktivitas saya ngeblog. Meski kadang juga, semua tak sesuai rencana.

“Repetition can be boring or tedious — which is why so few people ever master anything.” -Hal Elrod, The Miracle Morning

...

Saya harap semua orang bisa konsisten, meski sulit dilakukan. Kita terkadang kalah oleh diri sendiri karena konsisten terkadang membuat kita seperti pecundang.

Sepanjang waktu kamu akan menghabiskan waktu bekerja, mencoba, gagal, mencoba lagi, gagal lagi, mencoba lagi dan gagal lagi  yang akan membuat kita mengira kita adalah pecundang.

Kita akan merasa seperti orang yang menyebalkan dan tidak baik untuk apapun dan harus berhenti begitu saja karena kita tidak akan cukup baik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh