Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kerjasama dengan Dotsemarang; Dibayar voucher


[Artikel #72, kategori dotsemarang] Kadang saya jengkel juga ketika diajak kerjasama hanya dibayar voucher, plus liputan. Meski saya tidak mengharamkan voucher, seperti nginap di hotel atau makanan, tetap saja dapat voucher sama saja merugikan saya sebagai pemilik dotsemarang. Hei, kak. Saya mengerti betapa sulitnya mengeluarkan biaya, tapi juga harus masuk akal juga kan untuk kerjasama personal ini.

Gedung tinggi besar dan bertaraf bintang tak menjamin ada dana segar untuk membayar seorang bloger untuk mengkampanyekan kegiatan mereka. Tidak ada yang salah sebenarnya, semua ingin mendapakan seminim mungkin dan se-optimal mungkin.

Akhirnya saya tetap menolak meski kerjasama itu bisa sedikit menambah prestasi dan portofolio saya dalam membangun branding untuk dotsemarang. Mengecewakan sebenarnya setelah mengatakan lain kali untuk menolak dalam bahasa halus, tapi ini sebuah solusi terbaik saat itu.

Ya, mau gimana lagi. Kerjasama bagus itu digelar di Semarang atas. Tentu kendala pertama yang saya hadapi adalah transportasi. Untuk menggunakan transportasi, itu butuh biaya. Makanya saya senang ketika ikut acara ada dibayar soal transportasi.

Ini yang luput dari para pihak yang ingin bekerjasama. Selain mereka tidak memikirkan bahwa dotsemarang merupakan akun personal, bukan kelompok atau komunitas, mereka juga tidak memikirkan dana yang dikeluarkan untuk kampanye tersebut.

Dalih voucher sebenarnya juga merugikan saya sebagai bloger. Ini kadang menjadikan pihak kerjasama tidak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk aktivitas kampanye mereka. Dan tipe bloger saat disuguhi sesuatu yang menarik, biasanya akan langsung memasukkannya dalam daftar postingan berikutnya, seperti kamar hotel, tempat makan, hidangan atau hal menarik lainnya.

Semua itu tanpa disuruh akan dibawa bloger dalam blognya. Untung dua kali, bukan! Pemilik blog, seperti saya contohnya, seharusnya bisa dimasukkan kategori orang baik. Yang tiap menarik selalu tanpa dipikir panjang atau disuruh akan senantiasa memasukkannya dalam antrian posting blog berikutnya. Ini yang ingin saya hindari.

*Gambar : ilustrasi
...

Tentu pengalaman ini mungkin saja dirasakan bloger lain atau konten kreator lainnya juga, seperti Youtubers, selebgram, buzzer dan sebagainya. Mohon maklum untuk ini. Manusia yang memanusiakan itu lebih baik tentunya.

Apakah kamu mengalaminya juga?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh