Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kekuatanmu adalah Kelemahanmu


[Artikel 46#, kategori motivasi] Dari sekian pengalaman hidup, sepertinya titik ini saya baru benar-benar merasakan arti sebuah kelemahan. Padahal selama ini saya menganggapnya sebuah kekuatan yang luar biasa. Hari ini, saya ingin memotivasi diri saya sendiri untuk kembali merunduk dan belajar lebih baik lagi.

Menulis blog itu menyenangkan. Kadang kita isi dengan cerita sehari-hari dan kadang prestasi. Bagi yang serius ngeblog, ia akan lebih sadar tentang membangun dirinya yang disebut personal branding. Bahasa Indonesianya mungkin pencitraan. Saya tidak menyukai bahasa ini yang terkesan negatif.

Kemarin, saya mendapatkan tamparan keras dari seseorang. Bukan secara fisik, tapi lewat teks. Kelemahan saya benar-benar menjadi senjata tangguh untuk menyudahi perlawanan saya yang dianggap kekanak-kanakan yang seperti kehilangan permen dan minta belikan lagi.

Kelemahan tersebut tanpa sadar saya tampilin sendiri yang saya kemas dalam tiap tulisan di blog. Seperti istilah senjata makan tuannya, blog pribadi saya ini berhasil menghancurkan tuannya yang begitu bangga selama ini karena hari-harinya sangat berharga.

Saya akui, seseorang tersebut berhasil menjatuhkan saya seketika meski tanpa senjata.

Saya ingin membalasnya

Saat seseorang tersebut berhasil menjatuhkan saya seketika, saya ingin berkata bahwa dugaannya salah semua. Saya tak pernah berharap minta dibelikan permen kembali.

Malah saya ingin memberinya kekuatan, meski itu akan buang-buang waktu saja. Akhirnya saya memutuskan untuk menyudahi percakapan tersebut dan mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah dilakukannya. Terutama mengingatkan saya akan kelemahan yang tidak saya sadari.

Kini setelah sedikit tenang, meski masih terngiang akan penghinaannya, saya ingin mendoakannya saja. Semoga ia mendapatkan kebaikan dan ampunan. Tidak ada istilah karma yang bisa merusak hidup seseorang karena dosa di masa lalu yang belum dimaafkan.

Saya memaafkannya.

...

Butuh waktu untuk merenungkan apa yang terjadi. Tapi saya sadari, saya harus segera move on. Saya ingin bahagia, berguna dan menjadi pria sebenarnya (tangguh dan tidak mudah menyerah).

Ya, saya harus melakukannya. Lupakan apa yang terjadi dan berhenti mengkhawatirkan seseorang yang tak butuh kasih sayang. Ia hidup di dunia yang berbeda, tanpa perlu kita duga-duga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh