Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jadi Tukang Rumput Itu Tidak Mudah Juga Ternyata


[Artikel 65#, kategori aktivitas] Akhirnya saya memutuskan juga membeli gunting rumput di atas. Beli yang murah-murah saja dan berharap baik-baik saja. Cuma 30 ribu pada waktu beli di tukang jualan serba murah. Lumayan, kebenaran rumput di taman rumah udah sangat panjang.

Beberapa bulan terakhir, rumput rumah yang biasa dipotongkan dan menggunakan mesin sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya demi penghematan dan mencoba melakukannya sendiri.

Kadang agak kesal juga, selain lihat rumput yang terus tumbuh, orang rumah tidak ada yang peduli. Termasuk si Amir. Menumbuhkan kesadaran versus disuruh kadang memilih membiarkan. Manusia akan berubah suatu hari.

Tidak mudah menjadi tukang rumput

Melakukannya tergantung waktu juga. Kalau lagi ingin, bisa dilakukan pagi hari untuk menggantikan olahraga pagi yang beberapa hari ini sangat malas. Atau agak siang, mencari lokasi yang tidak terlihat matahari sambil memakai waktu sebagai batasnya.


Sebelum menggunakan gunting rumput, sebenarnya saya menggunakan pisau dapur. Haha... mau gimana lagi, waktu itu yang ada cuma itu aja. Dan direkomendasi sama pemilik rumahnya sendiri.

Beberapa tetangga, para asisten rumah tangga yang sering lewat, mereka paling sering memberi dukungan. Cucuran keringat dari atas kepala tidak bisa dibohongin bahwa aktivitas sederhana ini tidak mudah juga ternyata.

Satu jam berlalu, tangan saya malah pegel sendiri. Masih baru saja, mungkin beberapa kali dilakukan lagi akan terbiasa. Saya harap begitu. Hujan yang mengguyur Semarang beberapa hari terakhir sepertinya membuat rumput rumah semakin cepat tumbuh saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh