Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, Agustus 2025

[Artikel 154#, kategori catatan] Mengawali bulan baru, tubuh ini rasanya remuk redam. Bukan tanpa alasan. Malam sebelumnya, saya pulang dari lapangan futsal baru yang letaknya agak di ujung dunia—baca: jauh banget dari rumah. Tapi, gara-gara lapangan baru ini, saya punya alasan buat keluar malam lewat Simpang Lima di atas jam 9 malam. Suasana malam di kota itu, dengan lampu-lampu dan keramaian yang mulai reda, lumayan bikin hati adem, meski badan udah kayak diseret truk.

Tanggal satu Agustus jatuh di hari Jumat. Meski capeknya minta ampun, alarm tubuh tetap setia membangunkan saya jam 3 dini hari. Ritual pagi pun dimulai: nyiapin sarapan sederhana, ngopi, lalu duduk manis di depan laptop. Keseharian yang biasa, tapi entah kenapa selalu ada cerita baru.

Perang Melawan Nyamuk

Saya bingung, apa yang salah dengan malam tadi? Habis bersih-bersih usai futsal, saya harap bisa tidur nyenyak, eh malah diserang pasukan nyamuk keparat. 

Jendela kamar sudah dicek, rapat. Apa karena kamar saya yang udah mirip gudang—dengan tumpukan buku, baju, dan barang entah apa—nyamuk-nyamuk itu betah beranak pinak? 

Atau mungkin aroma keringat saya pasca futsal terlalu menggoda buat mereka? Entah lah. Yang jelas, tidur saya kacau balau. Pagi harinya, setelah urusan selesai, saya langsung ambruk dan tanpa sadar tidur berjam-jam.

Hape Mati, Hati Was-Was

Belum selesai badan lelet jalannya, eh tiba-tiba hape kesayangan, Zenfone 5, mulai ngambek. Sering mati-mati sendiri, bikin panik. Akhirnya, dengan hati nelangsa, saya bawa ke tempat servis. 

Bayangin kalau hape ini beneran koit—duh, amit-amit. Semua aktivitas, dari bayar tagihan sampe transaksi online, bergantung sama dia. Awal bulan kok udah dihadiahi drama begini, Agustus?

Perjuangan yang Nggak Ada Capeknya

Bertambah usia, saya cuma pengen keberuntungan ikut nambah. Juli sudah lewat dengan segala liku-likunya, sekarang Agustus, saya berdoa biar rezeki dan keberkahan ngalir deras kayak air di Banjir Kanal Barat pas musim hujan. 

Tapi, hidup ini rasanya kayak lari maraton tanpa garis finish, apalagi sejak terjebak pinjol. Teman-teman yang saya curhatin mungkin mikir saya udah di luar nalar: hidup dengan uang pas-pasan, makan seadanya, tapi masih bisa ketawa.

Orang bilang, orang baik selalu dapat ujian. Tapi saya nggak ngaku orang baik kok. Dalam komik yang saya baca, orang baik malah cepet mati. Makanya, saya pengen panjang umur—minimal sampai semua hutang lunas dan mimpi-mimpi di kepala ini tercapai. 

Banyak banget yang masih pengen saya wujudin, mulai dari nulis lebih banyak, sampai mungkin suatu hari bisa nongkrong di kafe hits Semarang tanpa mikirin dompet.

Halo, Agustus, Jangan Bikin Baper

Menyapa awal bulan sudah jadi ritual wajib di blog ini. Sebagai orang yang terus berusaha setiap hari, saya cuma berharap ada momen-momen kecil yang bikin hati ringan. Mungkin besok ada kabar baik, atau setidaknya nggak ada nyamuk yang ganggu tidur lagi. Buat saya sendiri, pesan sederhana: bertahanlah, sekuat tenaga. Agustus, tolong bawa kejutan manis buat saya, ya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya