Pria Tidak Berdaya

[Artikel 18#, kategori Keuangan] Sudah setahun berlalu, ya? Rasanya baru kemarin saya memulai babak baru ini. Babak di mana duit bulanan dari pemilik rumah tiba-tiba lenyap, digantikan dengan kenyataan pahit yang bikin isi dompet kering. Awalnya kaget, tapi lama-lama saya mulai terbiasa dengan keadaan ini. Setidaknya, saya masih berharap ada cahaya di ujung terowongan.
Ini bermula sejak pemilik rumah pensiun. Otomatis, jatah bulanan yang selama ini jadi napas saya ikut terhenti. Sejak saat itu, setiap hari adalah perjuangan. Saya bahkan sampai menuliskan semua drama ini dalam sebuah catatan harian yang saya beri judul: Seni Bertahan Hidup. Tujuannya sederhana, agar saya tidak merasa sendirian dan barangkali, cerita ini bisa berguna bagi orang lain yang mengalami nasib serupa.
Dulu, impian saya setinggi langit. Berharap dari blogging bisa beli apa pun yang saya mau. Sekarang, dapat sedikit penghasilan saja sudah bisa membuat saya menarik napas lega. Sepanjang tahun ini, penghasilan dari blogging bisa dihitung jari. Terbaru, ada sedikit rezeki dari ASUS, tapi ya, jumlahnya tidak cukup untuk menutupi semua hutang.
Rasanya dilematis. Sudah pegang uang, tapi tetap saja pusing karena jumlahnya tidak cukup untuk bayar semua pinjaman online (Pinjol) di bulan ini. Saya sempat berharap pada Bapak yang sempat memberi harapan palsu di bulan Juli. Namun, ya sudah, ceritanya kembali sama seperti yang sudah-sudah. Selalu tidak konsisten, selalu saja ada alasan.
Tapi saya tidak bisa menyalahkan beliau. Bapak hanya seorang tukang parkir. Sebagai anak tertua, saya malu dengan diri sendiri yang merasa tidak berguna. Hidup saya sudah seperti gali lubang tutup lubang.
Rencananya bulan depan saya akan ambil Pinjol lagi, hanya untuk menutupi hutang-hutang lama. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa ini semacam investasi. Toh, banyak pebisnis di luar sana yang berhutang untuk mengembangkan aset. Aset saya, ya, hanya dotsemarang yang masih saya pertahankan mati-matian. Selama masih bisa makan sehari dua kali, punya paket data, dan minum segelas kopi, itu sudah lebih dari cukup.
Mungkin masa depan saya tidak secerah dulu. Mimpi untuk menikah, apalagi di usia menjelang 40, rasanya seperti utopia. Mungkin satu-satunya harapan yang tersisa adalah membayangkan diri saya jadi pemeran utama di drama pendek China yang sedang populer: seorang pria miskin yang tiba-tiba dinikahi wanita kaya raya. Mimpi yang sempurna.
Setahun perjalanan yang tidak mudah ini memang harus tetap dirayakan. Bukan merayakan keberhasilan finansial, tapi merayakan betapa saya masih sanggup bernapas dan bertahan di tengah kesulitan. Jadi, kalau kamu merasa kasihan atau iba, jangan buang-buang waktu dengan menasihati saya atau menawarkan pekerjaan lain. Cukup kirim donasi saja ke blog dotsemarang.
Hidup adalah pilihan, dan sampai sekarang, saya masih memilih untuk tetap berjuang bersama dotsemarang yang sudah saya bangun selama 15 tahun. Maaf jika keras kepala saya ini membuatmu merasa tidak berguna. Semoga saja, ada sedikit kesan baik yang tertinggal tentang saya di hatimu. Itu saja sudah cukup.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar