Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

✨ Ketika Perempuan Sagitarius Jatuh Cinta: Sebuah Nostalgia dan Penyesalan

[Artikel 77#, kategori Cinta] Saya tidak menyangka awal Desember ini akan membawa suasana melankolis yang begitu dalam. Anehnya, rasa sesak yang hadir bukan karena beban finansial atau peliknya gaya hidup di tengah ekonomi yang terbatas. Ini jauh berbeda. Ada sebuah titik di mana memori lama tiba-tiba mengetuk pintu kesadaran, mengingatkan saya pada satu sosok yang pernah menjadi pusat semesta saya.

Perempuan itu adalah seorang Sagitarius. Sosok kentaur pemanah yang tangguh, yang jejaknya masih membekas kuat dalam narasi hidup saya hingga hari ini.

Pertemuan di Sudut Kota Semarang

Memori itu membawa saya kembali ke masa sebelum dotsemarang berdiri tegak seperti sekarang. Ia hadir sebagai sosok sempurna yang menghampiri saya di Kota Semarang. Saya masih ingat betul momen saat menjemputnya; momen yang menjadi kalimat pembuka dari kisah asmara kami.

Saat perempuan Sagitarius jatuh cinta, saya benar-benar merasakan bagaimana rasanya dimanja tanpa batas. Sebagai pria Cancer yang punya kecenderungan protektif dan penyayang, saya merasa kami adalah kombinasi yang melegenda.

Kami melewati hari-hari dengan ritme yang intens. Layaknya pasangan baru menikah yang tinggal satu atap, kami menikmati pasang surut hubungan dengan penuh totalitas. Bahkan, energi yang ia pancarkan menjadi bahan bakar bagi saya untuk berani mengambil keputusan-keputusan besar terkait pengembangan blog dan karier saat itu.

"Orang yang sedang jatuh cinta memang punya cadangan energi yang luar biasa."

Begitu seriusnya perasaan saya, hubungan ini tidak hanya berhenti di bangku kafe atau sudut jalanan Semarang. Saya membawanya masuk ke lingkaran keluarga, mengajaknya bertemu orang tua, seolah sedang mengetuk pintu restu untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

Notifikasi dari Masa Lalu

Kini, realitanya jauh berbeda. Saya kehilangan akses komunikasi total dengannya. Media sosialnya tertutup rapat, seolah ia membangun benteng yang mustahil saya tembus. Namun, misteri rasa sedih yang saya rasakan minggu ini akhirnya terjawab melalui sebuah notifikasi Facebook.

Rupanya, ia sedang berulang tahun. Notifikasi itu muncul dari akun lamanya—sebuah akun yang sudah tidak pernah diperbarui, namun sengaja dibiarkan abadi di jagat maya. Saat saya memberanikan diri membukanya, saya terpaku. Isinya masih penuh dengan jejak digital kebersamaan kami dulu.

Melihat foto-foto dan interaksi lama itu membuat pertahanan saya runtuh. Mata saya berkaca-kaca. Ada perasaan membuncah yang akhirnya menemukan titik puncaknya. Saya sadar, mungkin saya masih menjadi pria dari masa lalu yang terjebak dalam memori—sosok yang orang katakan belum sepenuhnya move on.

Pelajaran dari Sang Pemanah

Perempuan Sagitarius memang luar biasa saat mencintai. Mereka pemberani, nekat, dan seolah tidak peduli dengan rintangan di depan mata. Namun, pengalaman ini mengajarkan saya satu hal: cinta saja tidak cukup untuk menahan seseorang selamanya.

Sifat petualang mereka adalah jati diri. Ketika kepentingan keluarga atau panggilan untuk menjadi "anak yang berbakti" muncul, mereka bisa saja pergi demi tujuan yang mereka anggap lebih mulia.

Selamat merayakan pertambahan usia untukmu di sana, bersama keluarga yang bahagia dan saling memahami. Saya di sini baik-baik saja, meski harus mengakui bahwa kali ini saya memang kurang beruntung soal percintaan.

Terima kasih telah menjadi bagian paling emosional dalam perjalanan hidup saya.

📝 Gambar ilustrai dengan AI

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh