Pria Tidak Berdaya
[Artikel 88#, kategori Real Madrid] Saya pikir, nasib Xabi Alonso di kursi kepelatihan Real Madrid sesungguhnya ditentukan dalam laga kontra Manchester City di Santiago Bernabéu, lanjutan Liga Champions. Hasilnya? Kalah. Dan, tamat sudah!
Real Madrid memang sedang mengalami krisis identitas. Xabi Alonso masih gagal menemukan formula jitu. Khususnya, pola permainan yang terasa monoton dan tidak menunjukkan perkembangan signifikan. Menghadapi Manchester City, pertandingan ini sudah ibarat final yang dinanti, menjadi tontonan utama seluruh penggemar sepak bola dunia.
Kenyataannya, City sukses besar mempermalukan Real Madrid di kandang sendiri. Madrid sempat unggul di menit ke-28 melalui gol Rodrygo Goes. Sebuah gol yang cukup lama dinantikan, yang seharusnya memberikan semangat ekstra.
Namun, semua tidak berjalan sesuai harapan. Babak pertama berakhir, dan City malah berhasil membalikkan keadaan, unggul 1-2 atas tuan rumah.
Babak kedua yang diharapkan mampu menghadirkan kejutan, layaknya magis era Ancelotti, sama sekali tidak terwujud. Sikap tim masih sama: monoton! Pergantian pemain yang dilakukan pun terasa tidak efektif. Jujur, saya bahkan sudah berhenti menonton di babak kedua karena saya yakin Madrid sulit menang dengan pengaturan taktik yang terasa itu-itu saja dari sang pelatih.
Tentu, sebagian penggemar mengetahui masalah Real Madrid bukan hanya sekadar taktik di lapangan, tetapi juga banjirnya cedera yang menerpa skuad. Pelatih dipaksa putar otak, mencari solusi setelah skema awal yang sudah berjalan baik mendadak berantakan karena banyaknya pemain yang silih berganti masuk ruang perawatan.
Namun, apakah ini bisa dijadikan alasan pembenar?
Di era kepelatihan Ancelotti, masalah cedera juga menghantui tim. Saya tidak bermaksud membandingkan, tetapi Ancelotti terbukti mampu mencari solusi out of the box untuk semua permasalahan.
Alih-alih menciptakan solusi baru, Xabi Alonso justru hanya mencoba kembali menerapkan skema lama, seperti menempatkan Fede Valverde sebagai bek kanan. Sebuah opsi yang sudah pernah diterapkan pada masa kepelatihan Ancelotti.
Ya, Xabi tidak menciptakan kebaruan. Ia hanya kembali mengulang hal yang sudah pernah dilakukan. Hasilnya? Tentu, Anda sudah tahu jawabannya.
Kekalahan menyakitkan atas Manchester City ini merupakan kekalahan ke-4 Real Madrid musim ini. Timeline media sosial kini tidak lagi membahas kekalahan tim, melainkan fokus pada pertanyaan: Kapan Xabi Alonso pergi? atau Peringatan keras apa yang akan diberikan manajemen?
Xabi sepertinya masih sedikit beruntung karena hasil ini belum membuatnya didepak dari jabatannya. Jujur saja, saya secara pribadi tidak ingin pelatih dipecat.
Sebagai legenda klub dan pelatih muda yang sukses, Xabi Alonso punya rekor mentereng. Tapi ingat, ini Real Madrid. Di sini, hasil imbang pun sudah terasa seperti kekalahan.
Saya sungguh berharap Xabi Alonso segera menerapkan hal baru yang revolusioner, yang membuat tim tidak terus-menerus menampilkan permainan monoton di setiap pertandingan.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar