Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

⚽ Penutup Tahun yang Berkesan bersama Sanmaru: Mini Soccer, Hujan, dan Pesta Sate

[Artikel 16#, kategori mini soccer] Momen Kamis terakhir (18/12) kemarin sebelum libur Natal dan Tahun Baru menjadi penutup tahun yang sangat berharga bagi saya dan tim Sanmaru. Tim ini sebenarnya masih seumur jagung di kancah mini soccer. Terbentuk dari penggabungan tim hari Kamis (PKBF) dan tim hari Selasa (FUSAM), Sanmaru baru mulai merumput di lapangan mini soccer sekitar bulan September lalu.

Transisi ini bukan tanpa alasan; lapangan futsal yang biasanya kami sewa kini mulai beralih fungsi menjadi lapangan padel. Meski baru beberapa bulan beradaptasi dengan lapangan yang lebih luas, kebersamaan kami terasa semakin solid. Malam itu menjadi momen penutupan tahun yang rasanya akan terus dikenang di masa depan.

Antusiasme saya melonjak ketika panitia Sanmaru memutuskan menambah durasi bermain dari 2 jam menjadi 3 jam. Sejujurnya, sempat terselip keraguan. Bermain selama itu tentu sangat menguras fisik, ditambah lagi risiko pulang yang jauh lebih larut.

Sebagai pemain yang mengandalkan sepeda sebagai transportasi utama, ada rasa waswas setiap kali harus pulang lewat pukul 9 malam. Jika durasi ditambah, otomatis saya baru akan di jalan di atas pukul 10 malam. Namun, kekhawatiran itu sirna oleh semangat kebersamaan. Apalagi edisi kali ini mencatatkan partisipasi terbanyak dengan 50 orang pemain. Sangat wajar jika waktu bermain perlu diperpanjang agar semua mendapat jatah yang adil.

Edisi Kamis ini menjadi ajang pamungkas di tahun 2025. Mengingat adanya libur panjang Natal dan Tahun Baru, tim Sanmaru baru akan kembali merumput pada Januari 2026 mendatang.

Tantangan Hujan di Tengah Jalan

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Segala persiapan teknis sudah saya lakukan dengan matang. Namun, tantangan muncul bahkan sebelum saya sampai di lapangan. Hujan turun membasahi perjalanan.

Beruntung, saya selalu sedia jas hujan di dalam tas. Perjalanan tetap lanjut meski harus menembus rintik air. Saya tidak tahu apakah ini sebuah pertanda atau sekadar dinamika cuaca normal, yang pasti semangat untuk sampai ke lapangan tidak surut sedikit pun.

Antara Provokasi dan "Kesombongan" di Lapangan

Di lokasi, suasana sudah sangat hidup. Wajah rekan-rekan tampak begitu antusias. Fokus saya sempat tertuju pada satu kawan yang selalu ingin saya provokasi agar insting golnya tetap tajam. Ia adalah tipe pemain dengan tendangan jarak jauh yang mematikan dari luar kotak penalti.

Secara teknis, ia punya potensi besar meski kadang performanya kurang konsisten. Jika ia mampu mengatur ritme permainan dengan tenang, saya rasa kualitasnya sudah setara pemain pro. Namun, memahami karakter seseorang dalam permainan having fun seperti ini memang unik dan penuh kejutan.

Permainan dimulai. Ia mengambil tendangan pertama dari tengah lapangan. Sebagai penjaga gawang, saya sudah memasang posisi siaga agar tidak kebobolan bola pertama darinya. Sialnya, bola yang terlihat mudah dan seharusnya bisa saya tangkap, mendadak berubah kecepatan tepat satu meter sebelum saya sentuh.

Sarung tangan yang biasanya lengket mendadak gagal menjinakkan si kulit bundar. Bola meluncur begitu saja. Entah itu faktor keberuntungannya atau mungkin saya yang terlalu percaya diri bisa membaca arah bola. Ia pun merayakan gol itu dengan gestur congkak sambil menunjuk ke arah saya. Sebuah momen "sial" yang mengundang tawa di tengah ketatnya permainan.

Hangatnya Kebersamaan dan Pesta Sate

Waktu terasa berlalu begitu cepat. Karena durasi sewa fotografer hanya 2 jam, kami menyempatkan sesi foto bersama di tengah durasi bermain. Uniknya, rencana di grup WhatsApp untuk memakai atribut Natal benar-benar diwujudkan. Melihat beberapa pemain berlarian dengan topi khas Natal membuat suasana lapangan terasa jauh lebih ceria.

Menjelang pukul 10 malam, aroma nikmat mulai tercium. Panitia rupanya telah menyiapkan kejutan berupa gerobak sate yang bersiap di pinggir lapangan. Inisiatif panitia kali ini luar biasa. Saya jadi teringat momen serupa bersama tim Senin, Guambo FC, yang pernah menjamu pemain dengan hidangan Mie Jawa. Kali ini, giliran tim Sanmaru yang memanjakan perut kami dengan sate.

Namun, makan sate di tengah sisa waktu bermain ternyata memunculkan masalah baru bagi saya. Perut yang kekenyangan membuat gerakan saya menjadi tidak maksimal. Konsentrasi buyar karena rasa begah yang luar biasa. Meski begitu, hiruk-pikuk di pinggir lapangan menciptakan atmosfer yang sangat hangat dan akrab.

Malam semakin larut, namun energi kebersamaan justru semakin kuat. Kapan lagi bisa menikmati momen setelah berkeringat hebat, lalu langsung dijamu hidangan nikmat bersama teman-teman sehobi?

Terima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras menyiapkan segalanya hingga momen penutup tahun ini terasa begitu istimewa. Selamat Natal dan Tahun Baru 2026 untuk rekan-rekan semua. Semoga kita senantiasa diberi kesehatan, kebahagiaan, dan umur yang panjang untuk kembali bertemu di lapangan hijau.

Oh ya, sebelum pulang, saya bahkan diminta membungkus sisa sate yang masih ada. Alhamdulillah, rezeki tambahan untuk sarapan pagi harinya. Sampai jumpa di musim 2026!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh