Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Tukang Sampah yang Hobi Healing

[Artikel 6#, kategori Inspirasi] Tiap beberapa hari sekali, aktivitas rutin harian saya tiap pagi pasti bertemu dengan tukang sampah yang bekerja mengambil limbah rumah tangga tiap-tiap rumah. Keseringan bertemu, tanpa sadar kami jadi akrab. Salah satu obrolan yang menarik adalah hobinya yang suka healing. Eh, keren juga...

Healing kata gaul yang sering saya dengar di media sosial yang biasa jadi bahan percakapan mendadak saya temui saat ngobrol dengan Bapak Tukang Sampah. 

Umurnya di atas saya, jelas. Tapi tidak tua-tua amat karena masih terlihat kuat dari fisik dengan gerobak motornya yang berhenti tiap tiba di depan rumah warga.

Healing

Beliau tinggal sama istrinya. Anak-anaknya tidak bersamanya. Entah di mana, saya tidak ingin menggali terlalu dalam karna beliau tiap ngobrol selalu penuh antusias.

Saya tidak ingin mengganggunya, di satu sisi, saya pun juga sedang beraktivitas bersih-bersih. Panjang urusannya jika kami ngobrol dan akan menghabiskan waktu saja.

Tiap akhir pekan beliau menyebut jika dirinya dengan istrinya selalu healing. Ya, mereka berwisata dengan tujuan melepaskan penat dan menikmati kehidupan. Mumpung bisa dan ada dukungan finansial.

Yang menariknya juga, healing-nya mereka sampai keluar kota. Pernah si bapak bercerita ke Bali, Banyuwangi atau kota-kota lainnya. Padahal hari Seninnnya, beliau sudah harus bekerja lagi.

Menikmati kehidupan

Saat beliau bercerita penuh kebanggaan, rasanya saya iri. Dulu mungkin saya bisa melakukannya meski belum punya istri *eh. Tapi sekarang, keluar rumah saja sedikit malas jika tidak ada tujuan jelas.

Healing, kata yang indah saat keluar dari si bapak. Apalagi dengan akivitasnya yang tidak mungkin semua orang mau mengambilnya.

Apalagi tujuannya jelas, ingin membahagiakan istrinya. Ya, beliau benar-benar menikmati hidup dan pekerja keras. Saya jadi penasaran seperti apa istrinya yang mampu memotivasi si suami untuk pergi-pergi.

Jika saya, mungkin akan menikmati akhir pekan di rumah sambil malas-malasan. Memang beda mikirnya jika sudah memiliki pasangan. Karena kebahagiaan tidak hanya untuk diri kita sendiri.

...

Saya belajar hal-hal sederhana dari si bapak tukang sampah. Bahagia dapat diciptakan, terutama saat memiliki pasangan dan dukungan finansial.

Healing tidak sekedar menciptakan suasana relaksasi dan kenyamanan, tapi juga memberi waktu kebersamaan antar pasangan. Terima kasih bapak sudah meluangkan waktunya dengan si istri.

Saya belajar tentang kehidupan rumah tangga kali ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh