Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Kabar Duka

Tidak menyangka mengawali awal tahun 2025 sudah mendengar kabar duka dari seseorang yang saya anggap punya talenta di masa mudanya saat kami sama-sama duduk di bangku kuliah. Satu persatu pergi, saya bingung sendiri bagaimana saya mengisahkannya kali ini.

Ia adalah perempuan yang saya anggap punya potensi sewaktu dulu pertama kali bertemu. Dengan tidak ragu-ragu, saya merekrutnya ke dotsemarang yang saat itu masih berkomunitas. Mungkin kami adalah senior junior saat itu karena ia baru memasuki bangku kuliah.

Saya senang melihat banyak bakat-bakat mentah yang bisa dikembangkan dengan masa depan cerah. Saya ibarat pelatih dan juga penggemar. 

Ya, dia punya tekad karena datang dari luar pulau Jawa. Semangatnya tidak pantang menyerah dan yang saya suka ia mau berkembang. Sikapnya juga bertanggung jawab dan tentunya baik, sehingga saat ada sesama anggota ada yang menyukainya saya anggap itu peluangnya.

Waktu terus berlalu dan seiring waktu kami sudah tidak berkomunikasi. Sama seperti yang lainnya, periode yang tidak saya sukai karena kami tak pernah berpesta bersama untuk sekedar berkata sampai jumpa dan terima kasih.

Setiap orang memang memiliki periode sulitnya dan jalannya masing-masing. Tapi, toh kita pernah berucap bahwa kita semua adalah keluarga. Kata yang legit tapi juga sakit.

Ketika saya terus berusaha menjaga nama dotsemarang agar terus ada, tanpa sadar waktu sudah tiba di awal tahun 2025. Sebuah kabar duka datang dari rekan yang pernah tinggal bersama di Semarang.

Ia sudah meninggalkan kita semua. Lebih tenang sekarang ketimbang beberapa waktu belakangan terlihat begitu tegar dari tiap unggahannya di media sosial.

Kami memang masih terhubung di media sosial, termasuk yang lain. Namun saya malas berkomunikasi dengan yang lain karena kebahagiaan yang mereka bagikan membuat saya sadar masih tenggelam di Kota Semarang.

Kini, perasaan itu kembali. Mengingatkan kenangan masa lalu, bagaimana ia pernah menjadi bagian penting perjalanan dotsemarang. Saya mengingatnya sebagai pribadi yang luar biasa dan semoga amalnya diterima di sisi-Nya. Amin ya robbalalamin.

Terima kasih sudah menjadi bagian dotsemarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh