Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

[Futsal] Hujan Deras, Pergi Nggak?

[Artikel 68#, kategori futsal] Hujan sudah datang dari sore hari. Perasaan hampir seminggu menunggu bermain apakah gagal karena izin tidak pergi? Masih berharap hingga jam masih menyisahkan setengah dari pukul 7 malam. Mungkin harus ikhlas kali ini.

Kamis kedua di bulan April. Perasaan gundah gulana memikirkan hujan berhenti dibenam dalam bantal yang tanpa sadar sudah pukul 07.05 malam. Jadi pergi, nggak ya? Hujannya juga nggak santai. Masalahnya ini naik sepeda pikir saya yang terus berada di antara pilihan.

Ada motor ternyata

Berdiri sejenak, melangkah keluar dari kamar dan menatap hujan yang masih mesra dengan malam. Tak terduga suara penghuni orang bawah ternyata sudah pulang. Berarti bisa pinjam motor nih.

Betul saja, dia sudah pulang kerja. Akhirnya saya pergi juga ke lapangan futsal, meski itu sangat terlambat. Perasaan minggu lalu yang sangat menyenangkan tidak ingin saya tinggalkan begitu saja.

Dua kali main

Pukul setengah 8 malam saya tiba juga di lapangan. Ternyata benar, semua rekan futsal malah semuanya datang. Hujan seolah tak menghalangi mereka berjuang. Saya jadi malu sendiri karena hampir menyerah.

Karena waktu yang terus berjalan, saya harus menunggu giliran bermain. Mau gimana lagi? Datang terlambat dengan alasan hujan deras.

Giliran bermain akhirnya tiba. Karena banyak yang datang, semua tim dalam lapangan diganti semua. Mau tidak mau, saya harus menahan diri bermain di tengah dan kembali menjadi kiper.

Satu babak, saya habiskan hanya berjibaku di depan gawang. Untunglah saya menahan diri masih di lapangan setelah waktu giliran bermain sudah habis. Saya lanjut bermain dan kali ini tidak menjadi kiper.

Perasaan itu

Tim yang saya lawan kali ini adalah tim tangguh yang berisikan pemain muda dan yang berada di dalamnya adalah si monster (susah sekali menghadang pemain ini).

Salah satu tujuan khusus saya bela-belain datang meski hujan masih menerjang adalah perassaan minggu lalu. Apakah itu akan terjadi lagi?

Di menit awal, tubuh masih terasa kaku. Beberapa kesalahan terjadi karena kurang konsentrasi. Saya terus berusaha menyesuaikan ritme, terutama pemain depan saya yang begitu agresif.

Saya pikir akan banyak mengirimkan bola kepadanya, namun bukan dia yang banyak mencetak gol. Pemain yang biasanya mencari celah dari sayap malah menjadi bintang.

Saya bersyukur, meski perasaan tidak sebesar minggu lalu, aliran bola tetap lancar dan terjalin komunikasi di sana. Kiper yang selalu membuat frustasi pemain depan kali ini kena bantai. Entahlah, apakah timnya kali ini buruk atau tim kami yang bermain lebih baik.

Dan pertandingan berakhir. Itu jadi permainan saya terakhir hari itu. Hanya dua kali saja. Maklum datang terlambat, durasi sewa hanya 2 jam terasa lebih cepat. Apalagi tidak bisa diperpanjang waktu sewanya. Pengelola lapangan sekarang menggunakan aplikasi dan disuruh dari sana menambah waktunya.

...

Tenggorokan saya masih sakit, tapi tak masalah kali ini. Setelah lampu dipadamkan, ini waktunya pulang. Hujan masih menemani malam. Keringat yang sudah hilang dari tubuh bakal diganti basah hujan yang jatuh.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh