Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sakit Tenggorokan

[Artikel 28#, kategori kesehatan] Saya sangat khawatir bila ini jadi corona. Tubuh mulai lemes, kepala pusing dan sedikit demam. Meski lolos scan saat berkunjung ke hotel Chanti, saya tak pernah berpikir jika penyakit yang saya derita hanyalah sakit tenggorokan. Ditambah makan besar di hotel, dan benar saja itu semakin membuat parah.

Tubuh saya ngedrop, tapi masih dipaksakan futsal. Saya pikir itu tidak apa-apa, toh sakit begini hanya perlu minum obat dan beristirahat.

Setelah beberapa hari, penyakit utamanya mulai muncul. Dinding rongga mulut terasa sakit, oh saya panas dalam pikir saya. Beli minuman yang biasanya untuk meredakan.

Beberapa hari kemudian, sakit di rongga mulut semakin melebar dan bertambah besar. Saat saya browsing, ternyata sakit kepala hingga demam termasuk akibat dari sakit tenggorokan yang berpengaruh.

Sedikit lega karena bukan corona. Namun saya semakin sulit makan karena sakit saat mengunyah. Makanannya juga tidak boleh banyak dan harus sedikit lembut.

Saya tidak menyangka penyakit radang tenggorokan ini efeknya besar bagi tubuh. Rasanya semua penyakit sama saja ketika mulai menyerang tubuh, membuat sulit bergerak atau berkonsentrasi.

Dampak lainnya adalah terpaksa saya tidak meminum kopi sejenak. Padahal kopi sangat penting untuk menaikkan konsentrasi.

Semua obat dicoba, termasuk obat kumur Betadin. Untunglah ada sisa kertas di dompet yang bisa digunakan. Mau tidak mau, meski harganya tidak murah, saya tetap membelinya.

Minuman penyegar seperti Adem Sari juga tidak berpengaruh kali ini. Yang kaget adalah meminum yang ada bahan jahenya ternyata lebih melegakan. Saya sudah browsing mendapatkan informasi ini.

Gambar hanya ilustrasi.

...

Tubuh bagian atas, maksudnya kepala, beberapa hari terakhir sangat bekerja keras untuk menahan. Obat-obat penahan nyeri seperti Asam Mefenamat sedikit membantu meski luka di tenggorokan semakin besar.

Dua bungkus kotak vitamin C yang sedang didiskon pun saya ambil untuk membuat tubuh saya tetap fit. Ah..semua kacau jadinya. Saya tidak ingin sakit kali ini. Entahlah, padahal saya terus menjaganya. 

Awal bulan April, saya sangat menderita.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile